Jakarta, IDM – Amerika Serikat (AS) tidak berencana mengirim pasukan militer ke Ukraina tetapi akan mempertimbangkan untuk melakukannya ketika perang dengan Rusia telah usai.
Dilansir dari Reuters, Selasa (21/5), pernyataan itu diungkapkan oleh Jenderal Charles Q. Brown, ketua Joint Chiefs of Staff yang menganggapi usulan Prancis untuk mengirimkan pasukan sebagai pelatih pasukan Ukraina.
Baca Juga: Turki Deteksi Kemungkinan Helikopter Presiden Iran yang Jatuh
Selama lebih dari dua tahun perang, Rusia semakin bergerak maju ke wilayah timur Ukraina dan memanfaatkan situasi kekurangan senjata yang dialami oleh Ukraina. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apa lagi yang bisa dilakukan AS dan sekutu, selain menyalurkan persenjataan senilai miliaran dolar.
“Saat ini, tidak ada rencana untuk menugaskan pelatih militer AS ke Ukraina. Setelah konflik ini selesai dan kita berada dalam kondisi yang lebih baik, maka saya yakin kita bisa mendatangkan kembali pelatih,” kata Brown.
Baca Juga: Presiden Iran Dinyatakan Tewas Dalam Kecelakaan Helikopter, Presiden Baru Diputuskan Kemudian
Sebelumnya, AS memiliki sekitar 150 pelatih militer di Ukraina hingga Rusia melancarkan serangan pada Februari 2022. Dalam menghadapi konflik yang terus berlangsung tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengusulkan untuk mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari lalu.
Namun, para pemimpin Eropa lainnya secara terbuka menentang gagasan tersebut. Menteri luar negeri Prancis pun berusaha mengklarifikasi pernyataan Macron, dengan mengatakan bahwa pihaknya dapat mengirim pasukan ke Ukraina untuk kebutuhan tertentu, tetapi tidak untuk berperang melawan Rusia. (bp)