Jakarta, IDM – Jepang dan Amerika Serikat (AS) akan mengadakan pertemuan pada tanggal 28 Juli, yang untuk pertama kalinya akan membahas ‘perluasan deterens’ nuklir. Hal itu dilakukan sebagai bentuk komitmen AS dalam menggunakan kekuatan nuklirnya untuk mencegah serangan terhadap sekutu.
Dilansir dari Reuters, Selasa (23/7), pertemuan tersebut merupakan langkah lebih lanjut dari kesepakatan memperkuat kerja sama yang diraih pada April lalu, untuk mencegah apa yang mereka lihat sebagai meningkatnya ancaman regional dari Cina, Rusia, dan Korea Utara.
Baca Juga: Parlemen Israel Labeli UNRWA Sebagai Organisasi Teroris
“Dalam menghadapi meningkatnya ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan ini, AS dan Jepang akan menunjukkan dengan cara yang bertanggung jawab bagaimana kita akan berdiri dan memastikan tidak hanya pertahanan Jepang tetapi juga kontribusi kita terhadap keamanan regional,” kata Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink
“Komitmen perjanjian keamanan kami dengan sekutu Jepang sangat ketat dan kami berkomitmen untuk menggunakan segala cara yang dimiliki Amerika, termasuk nuklir, untuk memastikan bahwa kami memenuhi komitmen tersebut,” tegasnya.
Pertemuan tersebut pun akan mencakup upaya untuk memperdalam kerja sama antar industri pertahanan dan meningkatkan struktur komando untuk meningkatkan koordinasi militer.
Baca Juga: Slovakia Sambut Dua Pesawat Tempur F-16 untuk Gantikan MiG-29
“Pembicaraan 2+2 yang bersejarah ini akan memperkuat peralihan kita dari fokus pada perlindungan Aliansi ke proyeksi Aliansi,” kata Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel.
Jepang menyediakan pangkalan bagi AS, dengan jumlah sekitar 54.000 tentara AS dan ratusan pesawat. Selain itu, Jepang juga telah meresmikan kapal induk pertama pasca Perang Dunia I yang diberi nama Kapal Induk Kaga pada April lalu. (bp)