Jakarta, IDM – Menjelang berakhirnya tahun 2024, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto melakukan mutasi kepada 300 perwira tinggi (pati) TNI yang tertuang dalam Surat Keputusan (Skep) Panglima TNI Nomor Kep/1545/XII/2024. Beberapa posisi strategis yang dirotasi antara lain Pangkogabwilhan I, Panglima Kostrad, Danpaspampres hingga Kepala BSSN.
“Telah resmi ditetapkan rotasi dan mutasi 300 pati TNI terdiri dari 143 pati TNI AD, 92 pati TNI AL, dan 65 pati TNI AU,” kata Kapuspen TNI Mayjen TNI Hariyanto dalam keterangannya, Senin (9/12).
Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai mutasi besar-besaran ini tidak hanya mencerminkan dinamika internal TNI, tetapi juga menandai adanya reorientasi pola komando dan dimulainya proses konsolidasi strategis yang lebih besar untuk membangun pondasi pertahanan negara yang stabil dan lebih responsif terhadap tantangan.
Baca Juga: Dipimpin KSAU, TNI AU Gelar Rapat Evaluasi Program Kerja Tahun 2024
“Salah satu catatan penting adalah untuk pertama kalinya, posisi Pangkogabwilhan I dipegang oleh perwira TNI AD. Sebelumnya, posisi ini lazimnya dipercayakan kepada perwira TNI AL yang mencerminkan wilayah kerja Pangkogabwilhan I yang meliputi Laut Natuna Utara, salah satu kawasan strategis dengan potensi konflik terkait sengketa Laut China Selatan,” ungkap Fahmi di Jakarta, Selasa (10/12).
Dengan menempatkan perwira TNI AD menjabat Pangkogabwilhan I, lanjutnya, menunjukkan adanya perubahan pola yang mencerminkan fleksibilitas baru dalam struktur komando.
“Pengisian jabatan strategis kini tampaknya lebih berfokus pada kebutuhan operasional dan visi jangka panjang, ketimbang sekadar mengikuti pola tradisional berdasarkan matra,” ucapnya.
Menurutnya, penempatan perwira TNI AD merefleksikan kebutuhan akan pendekatan baru dalam menghadapi tantangan di kawasan ini, misalnya memperkuat integrasi operasi darat dengan operasi laut untuk memastikan respons yang lebih menyeluruh.
Baca Juga: Tingkatkan Interoperabilitas, Kopasgat dan US PAT-SOFLE Gelar Military to Military Connection
“Langkah ini juga dapat dipandang sebagai sinyal memberikan peluang yang lebih luas bagi semua matra untuk berkontribusi di berbagai lini strategis,” pungkas Fahmi.
Tiga Poin Penting Mutasi
Melalui mutasi ini, Fahmi menyoroti beberapa poin penting di antaranya reorientasi pola komando, yaitu penempatan perwira berdasarkan kebutuhan strategis menunjukkan fleksibilitas dalam struktur TNI untuk memastikan efektivitas operasional dan kesiapan menghadapi tantangan strategis di wilayah-wilayah tertentu.
“Kedua adalah konsolidasi kekuasaan. Pergantian di posisi-posisi strategis, seperti Pangkostrad, menunjukkan upaya konsolidasi Presiden Prabowo Subianto sebagai Panglima Tertinggi TNI. Konsolidasi ini diperlukan untuk menyelaraskan visi pemerintahannya dengan pelaksanaan di lapangan, sekaligus memastikan seluruh kebijakan pertahanan dapat dijalankan dengan efektif,” jelas Fahmi.
Ketiga adalah adaptasi terhadap tantangan. Dengan menempatkan orang-orang yang tepat di jabatan strategis, menunjukkan pemerintah dan TNI merespons tantangan geostrategis yang terus berkembang, termasuk dinamika Laut China Selatan, stabilitas domestik, dan potensi ancaman keamanan lainnya.
“Mutasi besar ini menandai awal dari konsolidasi strategis pemerintah baru, sekaligus menunjukkan fleksibilitas baru dalam struktur komando TNI,” kata Fahmi.
“Namun demikian, tentu kita berharap bahwa reorientasi dan konsolidasi ini tetap dilakukan dengan menjunjung tinggi prinsip profesionalisme, akuntabilitas dan integritas, agar TNI tetap menjadi institusi yang kokoh dan dipercaya oleh seluruh rakyat Indonesia,” tutupnya. (nhn)