Jakarta, IDM – Komandan Satgas (Dansatgas) Kompi Zeni (Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-K Minusca, Letkol Czi M. Imvan Ibrahim merinci sejumlah tantangan yang akan dihadapi timnya selama menjalankan misi perdamaian di Republik Afrika Tengah.
“Tantangannya di sana mungkin karena di sana landlock country. Jadi, negara yang ditutupi dan dikelilingi oleh daratan,” jelas Imvan usai apel keberangkatan satgas di Mabes TNI, Jakarta, Jumat (15/11).
Imvan merinci ada lima negara yang mengelilingi Afrika Tengah. Ia menyebut hal itu membuat wilayah tersebut sulit dijangkau.
“Sehingga di sana sulit untuk sumber daya alam dan sulit untuk menjangkau akses menuju ke sana. Tantangan di sana daerahnya sulit dijangkau,” imbuhnya.
Baca Juga: Pembaruan Doktrin TNI AL, Kodiklatal Gelar Uji Naskah Fungsi Pembinaan
Selama menjalankan tugas, 240 anggota Satgas Kizi TNI Konga Minusca yang terdiri dari 206 personel TNI AD; 22 prajurit TNI AL; 8 orang dari TNI AU dan 4 lainnya dari Mabes TNI akan ditugaskan ke dua daerah.
Pertama adalah Kota Bangui. Sebanyak 200 prajurit akan tergabung dalam satu peleton markas; satu peleton bantuan, satu peleton konstruksi vertikal; satu peleton kawal; dan tim penjinak bom (EOD).
Sementara 40 prajurit lainnya ditempatkan di Berberati. Mereka dibagi ke dalam dua peleton konstruksi, yaitu peleton konstruksi vertikal dan peleton konstruksi horizontal.
“Tugas konstruksi vertikal itu seperti bangunan-bangunan tingkat, kemudian pembuatan pagar, pembuatan rumah, korimek, membangun menara, dan sebagainya,” jelas Imvan.
Baca Juga: TNI AU Gelar Operasi Sayap Ambara 24, Deteksi Ancaman di Perairan Aceh
Sementara untuk tugas konstruksi horizontal, para prajurit bakal membangun jalan, menggali parit, dan menimbun area-area untuk pembangunan di lahan mendatar.
Imvan menuturkan tugas konstruksi itu juga akan dilakukan oleh tujuh prajurit perempuan yang termasuk dalam anggota Satgas. Sebelum berangkat bertugas, mereka telah dibekali berbagai pengetahuan soal konstruksi.
“Tidak menutup kemungkinan mereka akan mengoperasikan alat-alat berat untuk membangun jalan, menggunakan cangkul dan sebagainya, karena mereka memang sudah dilatih untuk Satgas Kompi Zeni,” jelasnya.
Imvan menuturkan keterlibatan prajurit perempuan dalam misi perdamaian ke luar negeri bukan hal baru. Ia mengatakan tidak ada lagi perbedaan gender sehingga lumrah bila prajurit perempuan turut menjalankan misi.
Baca Juga: Aksi “Tarian Tank” Marinir, Bukti Teknologi Militer Jadi Tontonan Menarik
“Di dunia internasional, untuk (persamaan) gender ini sudah berjalan. Maka itu, untuk tugas satgas TNI diwajibkan mengirimkan personel wanita TNI-nya,” jelas Ivan.
Adapun ketujuh personel perempuan tersebut terdiri dari tiga perwira, empat bintara. Selain itu, Imvan juga meminta restu semua pihak untuk mendukung kelancaran tugas satgas di Afrika Tengah.
“Kami tentunya sebagai Satgas harus terus berbuat yang lebih baik, terbaik untuk bangsa negara. Kemudian kami juga tentunya akan menjadi duta bangsa, menjadi duta Indonesia di kancah internasional,” kata Imvan. (un)