Jakarta, IDM – Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali mengatakan, TNI AL akan menargetkan 96 titik pelaksanaan makanan bergizi gratis menyajikan variasi menu ikan.
“Nanti ke depan, (target) 96 titik itu, seluruh kantor yang punya dapur umum, bisa dimanfaatkan (tambahan lauk ikan) dalam membantu program makan bergizi gratis ini,” kata Ali kepada awak media, di kompleks Seskoal, Cipulir, Jakarta, Selasa (14/1).
Sejak Senin (13/1) kemarin, TNI AL telah menyiapkan 10 titik di masing-masing Satuan Komando Wilayah (Satkowil) dan Satuan Non-komando Wilayah (Satnonkowil) seluruh Indonesia, untuk mendistribusikan makanan bergizi gratis kepada anak-anak sekolah dan kelompok rentan.
Baca Juga: Bakamla Bakal Dapat Hibah Kapal dari Amerika Serikat
Sementara ini, dari ke-10 titik pelaksanaan makan bergizi, hanya beberapa satuan TNI AL jajaran Lantamal, Lanal hingga Batalyon Marinir yang memang memiliki program budidaya ikan untuk menambahkan variasi lauk ikan dalam menu.
“Jadi di Lantamal, terutama yang di daerah pesisir laut, itu kita siapkan juga lauknya nanti ikan. Karena ikan juga kalau menurut Badan Gizi Nasional (BGN) gizinya sangat tinggi. Untuk ikan, kita juga kerja sama dengan dinas perikanan daerah di setiap tempat. Nah, ini tidak hanya di Lanal dan Lantamal, di Batalyon Marinir juga kita siapkan,” jelas Ali.
Targetkan 96 Titik dalam Beberapa Bulan
Dalam beberapa waktu ke depan, Ali berharap TNI AL dapat mencapai target pelaksanaan makan bergizi gratis di 96 titik masing-masing satuan komando dan non-komando wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia.
“TNI AL (menargetkan) 96 titik di seluruh wilayah kerja TNI AL di Indonesia. TNI AL rencananya dapat mendukung 3.000 hingga 4.000 porsi setiap pelaksanaanya,” ucap Ali.
Baca Juga: Seskoal Siapkan Ahli Gizi dan Tenaga Dapur Mandiri untuk Distribusi MBG
“Mudah-mudahan dalam waktu cepat, mungkin beberapa bulan lagi bisa,” ucapnya.
Salah satu hal yang disoroti oleh TNI AL dalam realisasi target 96 titik ialah kesiapan kotak makan “ompreng” yang masih terbatas di sejumlah dapur umum. Menurutnya, ketersediaan wadah makanan tersebut memerlukan waktu bertahap, tidak dapat secara sekaligus.
“Kita menunggu kesiapan, kan kita harus menggunakan ompreng. Nah, ini kesiapannya masih terbatas, karena dengan ompreng itu kita mudah dibersihkan secara higienis. Kalau pakai kotak atau tupperware, itu dinilai tidak terlalu higienis. Jadi, dengan ompreng yang stainless steel inilah yang harus higienis. Kita masih menunggu produk dari ompreng itu,” ujarnya. (at)