Jumat, 19 April 2024

Ketika Militer Australia ‘Berperang’ Melawan Burung Emu

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Peperangan seringkali dikaitkan dengan perlawanan antar pasukan bersenjata, suatu kelompok atau negara. Tetapi tidak dengan peristiwa unik yang pernah dialami tentara Australia. Mereka bukan berperang melawan manusia, melaninkan burung emu.

Pada tahun 1930, Australia mengalami masa kelam “The Great Depression” atau depresi ekonomi. Menurut Murray Johnson dalam Feathered foes: Soldier Settlers and Western Australia’s Emu War of 1932, Menteri Australia ke-9 James Scullin berupaya untuk menghadapi dampak yang ditimbulkan dengan strategi “Grow More Wheat.” Sebelumnya, Pemerintah Australia telah memberikan hadiah berupa sebidang tanah bagi para veteran Perang Dunia I agar mereka dapat melanjutkan hidup sebagai petani. Pemerintah pun berjanji untuk membayar cukup mahal hasil tanam gandum mereka. Mendengar hal tersebut, para petani (yang merupakan veteran) tergiur dengan tawaran tersebut dan memutuskan untuk menggarap sebidang tanah tersebut dengan tanaman gandum.

Pada 1932, kesejahteraan para petani semakin memburuk karena harga gandum justru turun drastis, bertolak belakang dengan janji Scullin sebelumnya. Pemberian sebidang tanah dari pemerintah Australia pun seperti sia-sia, karena nyatanya mereka tidak memperhitungkan bahwa lahan-lahan di wilayah barat Australia tersebut merupakan jalur yang dilewati burung emu ketika bermigrasi. Burung emu yang berukuran hampir dua meter itu rutin bermigrasi setiap tahun setelah berkembang biak dari wilayah tandus ke wilayah subur karena bersiap menghadapi musim dingin. Masalahnya, mereka bermigrasi dalam kelompok dengan lebih dari 20 ribu ekor. Tentu saja hal ini merupakan ancaman besar bagi keberlangsungan hidup petani, sebab satu-satunya sumber penghasilan mereka terpaksa hancur diinjak-injak ribuan hewan tersebut. Selain itu, wilayah ladang gandum mereka juga dijadikan sebagai tempat para burung makan dan minum.

Awalnya burung emu atau dengan nama latin Sromaius novaehollandiae, merupakan burung yang dilindungi berdasarkan kebijakan Game Act 1874. Hingga pada tahun 1922, Pemerintah mencabut peraturan tersebut karena burung emu telah merusak banyak lahan pertanian di Australia. Kemudian dalam menghadapi serbuan migrasi mereka, para petani telah berupaya sebisa mungkin agar mereka menjauhi lahan gandum. Mulai dari membangun pagar yang lebih kokoh, penggunaan senjata api, hingga sayembara untuk menemukan solusi dengan cepat. Namun, semua hal tersebut tidak ada yang berhasil. Para petani pun meminta pertolongan pemerintah Senator Australia Barat Sir George Pearce. Tanpa berkonsultasi dan disetujui oleh Pemerintah Federal, ia akhirnya memerintahkan satuan militer daerah untuk melawan burung emu.

Menurut Murray Johnson, tindakan untuk melawan burung emu dengan kekuatan militer ini ditentang oleh banyak aktivis hewan dan lingkungan, bahkan dianggap sebagai propaganda untuk menunjukkan bahwa pemerintah mendukung para veteran yang telah berjuang dalam perang. Pasukan Militer ini dipimpin oleh Mayor G.P.W Meredith, dan menyerang dengan taktik sederhana yaitu bersembunyi atau memancing kawanan emu untuk berkumpul di satu tempat lalu pasukan mengepung sambil menembak.

Dilansir dari Parlinfo.aph.gov.au, dalam dokumen Destruction of Emus (1932), Sir George Pearce mengatakan bahwa “Saya diberitahu penggunaan senjata itu efektif, karena ratusan burung telah ditembak.” Awalnya, strategi memang tereksekusi dengan lancar, tetapi setelah beberapa hari kemudian, kawanan burung emu tersebut seakan-akan mempelajari cara bertahan diri dengan baik. Mereka berlarian menghindari tembakan peluru. Bahkan mereka menyerang balik para pasukan yang bersembunyi, sehingga menyulitkan pasukan untuk menembak. Ditambah lagi, kondisi cuaca yang seringkali hujan seakan mendukung perlawanan burung emu. Dari sekitar 2.500 butir peluru, hanya dapat membunuh 200 emu atau 25 persen dari total peluru yang digunakan.

Baca: Silas Papare, Pernah Jadi Intel Belanda Hingga Akhirnya Berjuang untuk Indonesia

Optimisme para petani dan pasukan militer pun lenyap dan perang ini menjadi topik yang terus menerus dibicarakan di Australia saat itu. Anggota Parlemen Australia Harold Thorby mengatakan “Perdana Menteri tertuju pada laporan yang diterbitkan di media bahwa burung emu diburu dengan senapan mesin. Siapakah yang bertanggung jawab atas lelucon tersebut?” Ia akhirnya memerintahkan untuk menarik semua pasukan militer karena pertempuran itu sedari awal tidak pernah dibicarakan atau disetujui oleh pemerintah federal. Pasukan militer juga hanya membunuh kurang dari 1.000 burung emu. Mundurnya pasukan militer ini mengakhiri perang sekaligus menandakan kemenangan burung-burung tersebut. (bp)

BERITA TERBARU

INFRAME

Panglima TNI Pimpin Serah Terima Jabatan KSAU

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menyerahkan bendera panji Swa Bhuwana Paksa kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang baru Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono. Upacara serah terima jabatan (sertijab) tersebut berlangsung di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (5/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER