Senin, 29 April 2024

Nasib Tragis Letkol Lembong Gugur Ditembak Pemberontak APRA

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Memasuki pintu gerbang Museum Mandala Wangsit Siliwangi di Kota Bandung, kita akan disuguhi sebuah patung berdiri gagah dengan posisi menunjuk ke arah kanan. Patung tersebut diapit dua buah kendaraan tempur (ranpur) zaman kemerdekaan yaitu Meriam 40 MM L 60 Bofors dan Tank Stuart M3 AJ.

Sebenarnya siapakah sosok dalam patung tersebut?

Redaksi Indonesiadefense.com, beberapa waktu lalu berusaha menelusuri jejak patung tersebut. Selain dua ranpur, ternyata patung tersebut juga dihimpit warung makan di depannya, namun jejak keberadaan patung tersebut tetap terlihat dan menarik perhatian.

Di bawah patung tersebut tertera penjelasan “Telah Gugur Bagaikan Ratna Pada Peristiwa Penghianatan APRA Tanggal 23 Januari 1950. Di Tempat Ini Letnan Kolonel Adolf G. Lembong Dan Di Tempat Lain 78 Prajurit Siliwangi.”

Baca Juga: Herman Johannes Si Peracik Bom Indonesia Semasa Agresi Militer Belanda I dan II

Dari penjelasan ini ternyata patung tersebut adalah Letkol Adolf Gustaaf Lembong seorang gerilawan tanah air yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Dia gugur secara tragis ditembak pemberontak Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pimpinan Kapten Raymond Westerling di lokasi tempat didirikannya patung tersebut.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi
(IDM/Ronald)

Dilansir dari berbagai sumber gugurnya Lembong di depan Museum ini tanpa pernah direncanakan. Lembong jadi korban lantaran hanya bertamu ke gedung bekas Markas Divisi Siliwangi ini. Ceritanya, setelah malang melintang menjadi gerilawan KNIL melawan Jepang di Filipina, Lembong akhirnya bergabung dengan gerilawan Indonesia saat ikut pasukan KNIL ke Yogyakarta saat agresi militer Belanda tahun 1947. Lembong yang akhirnya membelot bergabung dengan gerilawan Indonesia.

Baca Juga: USS Sumner Mannert L. Abele, Kapal Perang AS Era Perang Dunia II Ditemukan di Okinawa

Pada awal 1950, dia mendapat tugas membangun pusat pendidikan militer di Bandung. Itulah kenapa pada pagi tanggal 23 Januari 1950, Lembong berangkat ke Markas Divisi Siliwangi di Oude Hospital Weg atau Jalan Rumah Sakit Lama, dekat Jalan Braga.

Dia bersama Kapten Leo Kailalo sedari pagi sudah berada di dalam markas. Penjagaan di sana tidak kuat. Karena perang sudah lewat, maka baik Lembong maupun Leo tidak menduga akan ada sejumlah mantan KNIL yang mengamuk dan menyerang Bandung.

Mereka memasuki kota sambil menembaki anggota TNI yang mereka temui di jalan. Tak lama kemudian Markas Divisi Siliwangi pun mereka kepung. Desingan peluru di luar markas membuat Lembong dan Leo mencari tahu asal letusan senjata.

Baca Juga: Van Der Wijck, Benteng Pertahanan Belanda Pernah Jadi Lokasi Pelatihan Tentara PETA

Nahas, melihat anggota TNI di depan mata, pasukan APRA pimpinan Westerling yang mengamuk dan luar biasa benci pada TNI/APRIS itu segara memberondongnya. Lembong dan Leo pun gugur bersimbah darah.

Demi menghargai jasanya jalan Oude Hospital Weg kemudian diganti menjadi Jalan Lembong. (rr)

BERITA TERBARU

INFRAME

Warga Jatiwaringin Antusias Saat Wing Komando I Kopasgat Bagikan Jumat Berkah

Wing Komando I Kopasgat membagikan nasi box kepada masyarakat daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jumat (26/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER