Sabtu, 12 Oktober 2024

Sejarah Benteng Vredeburg, Saksi Bisu Era Kolonial di Yogyakarta

BACA JUGA

Yogyakarta, IDM – Riwayat panjang penjajahan membuat sisa-sisa era kolonial masih tersimpan di sejumlah wilayah di Tanah Air. Salah satunya adalah Benteng Vredeburg di Yogyakarta. Bangunan tersebut menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah sepanjang era kolonial yang terjadi sejak Pemerintah Belanda memasuki Kota Gudeg.

Melansir kebudayaan.jogjakota.go.id, berdirinya Benteng Vredeburg di Yogyakarta tidak lepas dari lahirnya Kasultanan Yogyakarta di mana keratonnya pertama kali dibangun pada 9 Oktober 1755. Keberadaan keraton yang terus melesat nyatanya membuat Belanda ketar-ketir.

Pihak Belanda yang kala itu telah menduduki Yogyakarta mengusulkan izin pembangunan sebuah benteng dekat keraton dengan dalih menjaga keamanan. Padahal, mereka ingin lebih mudah mengontrol gerak-gerik keraton dan berjaga bila sewaktu-waktu serangan balik menimpa Belanda.

Baca Juga: Kilas Balik Pendaratan Perdana Pesawat C-130 Hercules TNI AU di Indonesia

Singkat cerita, benteng mulai dibangun pada 1760. Konstruksi bangunan benteng kompeni masih sangat sederhana dan kembali diperkuat tujuh tahun kemudian. Berkat izin Sri Hamengku Buwono I, pembangunan benteng selesai pada tahun 1787 dan diresmikan dengan nama Rustenburgh yang artinya ‘tempat istirahat’. Kemudian pada 1867, benteng itu memerlukan pemugaran karena terdampak gempa, dan akhirnya berganti nama menjadi Vredeburg yang berarti ‘perdamaian’.

Seiring berjalannya waktu, Benteng Vredeburg merekam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Yogyakata. Pada masa penguasaan Inggris pada 1811-1816, benteng ini dikuasai oleh pemerintah Inggris di bawah penguasaan John Crawfurd atas perintah Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles. Kemudian pada sejak 5 Maret 1942 benteng ini diambil alih oleh tentara Jepang.

Beberapa bangunan di Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tawanan orang Belanda dan orang Indonesia yang melawan Jepang. Benteng Vredeburg digunakan pula sebagai markas serta gudang senjata serta amunisi tentara Jepang.

Baca Juga: Benteng Den Haan dan Gereja Tua, Saksi Sejarah Kedatangan Portugis dan Belanda di Maluku Barat Daya

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 1945, Benteng Vredeburg diambialih oleh instansi militer Republik Indonesia. Namun, ketika terjadi peristiwa Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, benteng ini kembali dikuasai oleh pasukan Belanda pada tahun 1948 sampai 1949.

Belanda saat itu menjadikan benten ini sebagai markas Dinas Rahasia Belanda sekaligus batalyon pasukan dan penyimpanan perbekalan berbagai peralatan tempur. Hal ini juga yang membuat pasukan TNI menjadikan Vredeburg sebagai salah satu sasaran serang dalam rangka menaklukan Belanda. Kemudian pada Juni 1949, setelah Belanda mundur dari Yogyakarta, pengelolaan benteng dipegang oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian pada 1992, bangunan ini resmi menjadi museum khusus perjuangan nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta dan dapat diakses umum hingga saat ini. (un)

BERITA TERBARU

INFRAME

Pelepasan Peserta Sailing Camp di Dermaga Kolinlamil

Sebanyak 500 peserta sailing camp yang terdiri dari anak sekolah, mahasiswa Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan prajurit TNI AL, akan berlayar ke Teluk Jakarta menggunakan KRI Semarang-594.

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER