Jakarta, IDM – Mungkin sebagian orang belum mengetahui jalan Palagan Tentara Pelajar sejauh 11 kilometer yang menghubungkan beberapa kecamatan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta seperti Kecamatan Pakem, Kecamatan Turi, dan Kecamatan Ngaglik adalah jalan yang menjadi saksi biksu perjuangan Tentara Pelajar Brigade 17 atau TP BE-17 dengan pasukan Belanda pimpinan Kolonel Van Muller.
Dilansir dari Riset dan Keilmuan HMGP UGM tahun 2022 yang diakses Jumat, (5/4/2024) menyebutkan Jalan ini harus menempuh sejarah kelam untuk mendapatkan namanya saat ini. Pada masa pasca kemerdekaan, lebih tepatnya pada 29 Mei 1949, terjadi pertempuran sengit antara Tentara Pelajar Indonesia melawan pasukan Belanda.
Menurut catatan dari Fornews, Suparjo (79) mengatakan bahwa pertempuran itu terjadi saat Tentara Pelajar TP BE-17 secara tiba-tiba menerima kabar bahwa pasukan Belanda yang bermarkas di Beran akan melakukan penyerangan di Daerah Rejodani. Para tentara pelajar ini kaget karena saat itu sebagian pasukan yaitu pemuda Rejodani sedang berada di Kaliurang untuk melakukan penyerangan, sehingga di Rejodani hanya tersisa 10 orang Tentara Pelajar.
Baca Juga: Rekam Jejak Pembentukan Skadron Udara 31, Home of Rajawali
Karena keadaan mendesak pasukan TP BE-17 yang hanya tersisa 10 orang itu lantas segera bersembunyi dan menyiapkan posisi di balik parit di sisi timur karena telah mengetahui Belanda akan datang dari barat.
Sekitar pukul 07.00 Wib pertempuran sengit antara Tentara Pelajar dan Belanda terjadi. Semangat dan kegagahan para Tentara Pelajar ini dicurahkan dalam baku tembak tersebut. Pasukan Belanda memanggil bantuan pasukan lain yang berada di Kledokan, Pakem. Pasukan Belanda segera bergerak dengan tanggap dan menaiki truk melewati Dusun Sardonoharjo dari sisi timur. Hal ini membuat pasukan TP BE-17 harus menghadapi pasukan Belanda dari dua arah.
Menurut Suparjo, bunyi rentetan senjata dan bom dapat terdengar hingga lebih dari satu kilometer. Sekitar pukul 10.00 WIB, pertempuran telah usai. Suparjo yang saat itu belum genap sepuluh tahun, memastikan apakah kondisi sudah aman atau belum. Suparjo melihat ada dua Tentara Pelajar yang berhasil kabur secara sembunyi-sembunyi menyelamatkan diri ke Dusun Pothon. Dua Tentara Pelajar itu bernama Martono dan Rujito. Suparjo menghampiri lokasi pertempuran dan melihat enam orang pasukan TP BE-17 tergeletak di dekat parit sementara dua orang Tentara Pelajar lain gugur terbaring di jalan. Delapan orang Tentara Pelajar ini adalah Harsono, Soewono, Soekapdi FX, Soeroyo, Sopanato, Daryono, Soenarto, dan Alibasjah. Namun, di sisi pasukan Belanda juga mengalami kerugian yang banyak. Diperkirakan ada sebanyak 21 pasukan Belanda yang tewas pada pertempuran itu, termasuk pimpinan mereka, Kolonel van Muller.
Baca Juga: Menilik Kiprah Awal Jupiter Aerobatic Team TNI AU
Untuk mengenang jasa serta perjuangan para Tentara Pelajar yang telah berkorban dan berjuang pada pertempuran di Rejodani, maka didirikan Monumen Medan Laga Rejodani, lebih tepatnya di sisi barat jalan, di Desa Sariharjo. Keberanian pasukan Tentara Pelajar ini juga diabadikan dalam nama jalan sebagai saksi bisu dari pertempuran yang terjadi di Rejodani. Kata “Palagan” pada Jalan Palagan Tentara Pelajar berarti sebuah medan laga atau medan pertempuran yang merupakan serapan dari bahasa Jawa.
Kini Jalan Palagan Tentara Pelajar menjadi salah satu jalur penyokong kehidupan masyarakat Kabupaten Sleman. Keberadaan Jalan Palagan Tentara Pelajar ini dipandang penting karena banyaknya objek pelaku ekonomi yang berdiri di sepanjang jalan tersebut. (rr)