Selasa, 19 Maret 2024

Dogfight, Pertempuran Udara Jarak Dekat Pesawat Tempur

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Pertempuran udara kerap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah konflik terbuka dalam upaya mempertahankan kedaulatan negara. Di antara banyaknya strategi pertempuran udara, salah satu strategi untuk melumpuhkan kekuatan lawan adalah pertempuran udara jarak dekat atau kerap dikenal dengan istilah dogfight.

Sejarah perjuangan Indonesia bahkan mencatat jika AURI (kini disebut dengan TNI AU) dengan alutsista yang dimiliki saat itu bisa mengalahkan kekuatan udara musuh dengan strategi dogfight. Dikutip dari laman TNI AU, Minggu (26/3), momen tersebut terjadi saat AURI berupaya untuk menumpas pemberontakan Permesta pada tahun 1958.

Saat itu, seorang penerbang AURI, Kapten Penerbang Udara Ignatius Dewanto yang mengawaki P-51 Mustang berhasil menembak jatuh pesawat B 26 Invander AUREV (Angkatan Udara Permesta) usai terbang mengejar dan menempatkan pesawatnya untuk berada persis di belakang pesawat AUREV.

Baca Juga: Mengenal BTR-152 6×6 Vietnam, Ranpur Tua yang Dimodifikasi

Ignatius Dewanto berhasil melesatkan tembakan 12,7 mm setelah sebelumnya mencoba untuk menyerang B 26 Invader dengan tembakan roket, namun meleset.

Lantas, mengapa pertempuran udara jarak dekat antar pesawat tempur tersebut disebut dengan dogfight atau kerap disebut dengan dogfighting? Hal ini disebabkan lantaran saat pertempuran udara terjadi, posisi pesawat tempur tampak seperti anjing yang sedang berkelahi.

“(Disebut dengan) istilah dogfight karena pertempuran pesawat di udara seperti layaknya anjing yang sedang berkelahi, siapa yang berada di belakang lawan dan bisa menggigit ekornya (menembak dengan rudal/canon ke pesawat musuh) maka dialah pemenangnya,” demikian dikutip dari keterangan TNI AU dalam Twitter @_TNIAU.

Baca Juga: Tupolev Tu-16, Pesawat Pembom Strategis dan Penggetar TNI AU di Era 1960-an

Istilah dogfight pertama kali muncul saat Perang Dunia I, tidak lama setelah penemuan pesawat. Melansir bbc.co.uk, sampai setidaknya tahun 1991, istilah ini masih kerap muncul dalam setiap pertempuran udara skala besar. Kendati demikian, ada yang meyakini jika setelah Perang Dunia II, di mana kecepatan pesawat tempur menjadi semakin lebih cepat dan jangkauan senjata semakin lebih jauh, telah menyebabkan dog fight menjadi hal yang usang.

Pendapat senada disampaikan oleh seorang analis penerbangan, Prashant Prabhakar. Mengutip pernyataan Prabhakar untuk EurAsian Times, ia mengungkapkan, jika dogfight telah menjadi komponen utama perang udara setidaknya sampai awal 90-an. Terminologi modern untuk hal yang sama adalah manuver tempur udara atau air combat manoeuvring (ACM).

Prabhakar menambahkan, meskipun menjadi bagian yang penting, namun manuver semacam itu hampir tidak rutin dilakukan dalam pertempuran modern. (yas)

BERITA TERBARU

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER