Jakarta, IDM – Tak hanya handal bernegosiasi dan merancang strategi, Panglima Besar Jenderal Sudirman dikenal sebagai sosok yang sangat religius. Pahlawan kelahiran Purbalingga tahun 1916 ini pernah mengalami “mujizat” ketika menjalankan misinya. Ia berhasil lolos dari kepungan tentara Belanda karena amalan zikir.
Konon, Jenderal Sudirman memiliki bacaan zikir yang selalu ia amalkan dan ucapkan selama berperang. Lepasnya ia dari intaian Belanda tersebut terjadi saat dirinya singgah di salah satu rumah warga di Kediri. Di antara prajuritnya, rupanya ada yang berkhianat dengan membocorkan lokasi Sudirman. Prajurit itu membawa sejumlah tentara Belanda yang kemudian mengepung rumah di mana Sudirman berada.
Baca Juga: 77 Tahun Menjaga Kedaulatan Indonesia, Ini Kilas Balik Lahirnya TNI AU
Begitu Sudirman mengetahui bahwa pihak Belanda sudah mencium keberadaan dirinya, segera saja ia mengajak para prajuritnya untuk menggelar zikir dan tetap tenang. Percaya atau tidak, Belanda yang tadinya sudah mengepung rumahnya tiba-tiba berubah pikiran. Sang komandan berbalik tidak memercayai anak buah Sudirman yang berkhianat itu. Ia justru memerintahkan pasukannya untuk mengeksekusinya karena dianggap berbohong.
Kisah ini pun diceritakan turun menurun hingga pernah diangkat dalam film biografi berjudul “Jenderal Soedirman” yang dirilis tahun 2015. Cerita ini juga sempat dijadikan adegan Sosio Drama Perjuangan Jenderal Sudirman di perayaan HUT ke-72 TNI.
Baca Juga: Lanud Raden Sjadad, Benteng Pertahanan Negara yang Dibangun dari Keringat Prajurit dan Rakyat
Kehidupan religi Jenderal Sudirman tidak lepas dari masa kecilnya hingga belia, yang dihabiskannya dengan belajar agama. Ia aktif dalam berbagai kegiatan sejak duduk di bangku sekolah. Sudriman juga menjadi pengurus Hizbul Wathan (HW) yaitu gerakan kepanduan pembela tanah air yang dijalankan organisasi Islam Muhammadiyah.
Jenderal Sudirman sebagai tokoh Pemuda Muhammadiyah bahkan pernah ditunjuk menjadi pemimpin HW cabang Cilacap. Perjuangannya pada tanah air itulah yang kemudian menumbuhkan sifat militansi dalam dirinya. Ia pun mulai tertarik dengan dunia militer dan mendaftarkan diri sebagai prajurit PETA usai Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati tahun 1942.
Baca Juga: Ini Dia 9 Kehebatan Prajurit Pusdikzi TNI AD yang Dibentuk pada 1950
Pengaruh Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan NKRI pun semakin besar hingga membuatnya dipercaya memimpin perang gerilya. Gerakan-gerakan terus dilakukan sang jenderal hingga pada tahun 1948, ia didiagnosis mengidap tuberkolosis (TBC). Paru-paru kanannya terpaksa dikempeskan lantaran telah mengalami infeksi. Ia wafat pada 29 Januari 1950.
Pada 10 November 1964, keberanian dan dedikasi Panglima Besar Jenderal Sudirman pada ibu pertiwi membuatnya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Jasa-jasanya terus dikenang hingga namanya diabadikan menjadi nama jalan, monumen hingga universitas. (Dari berbagai sumber/un)