Minggu, 28 April 2024

Pengamat Sebut Urgensi Miliki Database untuk Deteksi Kapal Asing di Kawasan

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Pengamat Pertahanan Alman Helvas Ali mengungkapkan urgensi TNI AL memiliki pusat data (database) “acoustic signature” untuk kapal-kapal selam dan permukaan dari negara-negara yang ada di kawasan.

Menurutnya, database “acoustic signature” membantu TNI AL dalam mendapatkan gelombang akustik yang dipancarkan dari kapal selam maupun kapal-kapal permukaan saat berada di laut. Hal ini sangat berguna dalam mengenali ancaman serangan bawah laut dari kapal selam asing yang menyusun perairan Indonesia.

“Tanpa database itu, ketiga kapal selam kita beroperasi, tidak mungkin kita tahun kapal selam apa yang masuk sonar kita, karena tidak punya acoustic signature database,” jelas Alman dalam paparannya di diskusi virtual yang digelar Semar Sentinel Indonesia, Jakarta, Selasa (26/3).

Baca Juga: Tak Hanya Kapal Selam, TNI AL Butuh Sensor Bawah Air hingga Pesawat Pemburu

Tak hanya database, Alman juga menyampaikan kemampuan peperangan anti-kapal selam (anti-submarine warfare) TNI AL belum mumpuni, dikarenakan sampai saat ini jumlahnya kapal selam yang dimiliki masih kurang untuk menjaga perairan Indonesia yang mencapai 6,4 kilometer persegi.

“Pertama, karena aset yang sudah tua. Kedua, karena ada kesalahan decision making masa lalu untuk pengadaan (procurement) kapal selam,” kata Alman.

Senada, Asisten Staf Operasi Panglima Koarmada (Asops Pangkoarmada) RI Laksamana Pertama Heri Tri Wibowo memaparkan tambahan pengadaan kapal kombatan untuk mendukung kemampuan peperangan anti-kapal selam.

Baca Juga: TNI AL Siapkan KRI Angkut 500 Pemudik Bermotor, Simak Jadwal dan Cara Daftar

“Dari beberapa (kapal kombatan) yang dimiliki TNI AL beberapa merupakan generasi baru, tapi juga ada generasi yang cukup lama sehingga ini tentu akan jadi perhatian kita. Mudah-mudahan ke depan Kementerian Pertahanan mendorong percepatan pengadaan kapal-kapal anti-kapal selam,” ujar Heri.

Selain itu, menurutnya penting juga mendukung kemampuan anti-kapal selam dari kekuatan Penerbangan TNI AL. Selama ini, pesawat-pesawat yang ada, terutama fixed wing, hanya bisa mendeteksi sasaran permukaan. Oleh karena itu, pengadaan pesawat pemburu-pembunuh (aircraft hunter killer) patut dipertimbangkan.

“Adanya aircraft hunter killer ataupun helicopter untuk deteksi pelacakan dan penyerangan terhadap kapal selam, sampai saat ini belum dapat dilaksanakan, diharapkan ke depan secara perlahan bisa dilengkapi,” ucapnya.

Baca Juga: Optimalkan Kemampuan Tempur, TNI AL Ingin Pembelian Alutsista yang Sudah Teruji

Kemudian, TNI AL juga diharapkan bisa melengkapi kekuatan peperangan anti-kapal selam dengan memiliki peralatan sensor bawah air (underwater listening device) untuk ditempatkan di choke point atau jalur sempit yang strategis di perairan Tanah Air, seperti di tiga wilayah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

“Penggunaan peralatan deteksi dan sensor akustik sangat diperlukan untuk mengetahui pergerakan kapal selam yang melintasi perairan Indonesia. Ini bisa kita manfaatkan di corong-corong strategis di choke point, misalnya di Selat Sunda yang wilayahnya sempit,” ujar Heri. (at)

BERITA TERBARU

INFRAME

Warga Jatiwaringin Antusias Saat Wing Komando I Kopasgat Bagikan Jumat Berkah

Wing Komando I Kopasgat membagikan nasi box kepada masyarakat daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jumat (26/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER