Minggu, 28 April 2024

Tak Hanya Kapal Selam, TNI AL Butuh Sensor Bawah Air hingga Pesawat Pemburu

BACA JUGA

Jakarta, IDM – TNI AL membutuhkan sejumlah pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang mumpuni untuk memodernisasi peperangan bawah laut (anti-submarine warfare), terlebih di tengah kondisi geopolitik yang semakin dinamis.

Asisten Staf Operasi Panglima Koarmada (Asops Pangkoarmada) RI Laksamana Pertama Heri Tri Wibowo mengatakan perlunya pemenuhan kebutuhan kapal selam. Saat ini kekuatan kapal selam yang dimiliki oleh Indonesia masih kurang jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya, misalnya seperti Vietnam.

“Perbandingan kekuatan kapal selam Indonesia di kawasan regional, khususnya wilayah Asia Tenggara Masih sedikit. Saat ini Indonesia hanya punya empat kapal selam yang bisa beroperasi sedangkan Vietnam yang luas (perairan) lebih kecil dari kita punya lebih banyak,” kata Heri dalam diskusi virtual di YouTube Semar Sentinel, Selasa (26/3).

Baca Juga: Prajurit Yonarmed 11 Kostrad Berlatih Menembak Senjata Ringan

Dalam data yang dipaparkan oleh Heri, dari 13 negara di Asia, tercatat di posisi pertama ditempati oleh Angkatan Laut Cina dengan armada kapal selam terbanyak, kedua Angkatan Laut Korea Utara (71 unit); ketiga Angkatan Laut Jepang (19 unit); Korea Selatan (17 unit); India (16 unit); Vietnam (8 unit); Pakistan (8 unit); Australia (6 unit); Indonesia (4 unit); Singapura (4 unit); Taiwan (4 unit); Bangladesh (2 unit); dan Myanmar (1 unit).

“Kapal selam merupakan kekuatan laut yang patut diperhitungkan dengan kesenyapannya yang tidak terlihat dan kemampuan daya pukul yang mematikan sehingga kita harus berusaha mengembangkan dan menambahkan jumlahnya,” ujarnya.

Selain kapal selam, menurut Heri TNI AL juga membutuhkan tambahan pengadaan kapal kombatan permukaan dengan sensor dan persenjataan untuk peperangan anti-kapal selam. Dari beberapa jumlah kapal perang yang ada saat ini, beberapa di antaranya sudah tua.

Baca Juga: TNI AL Siapkan KRI Angkut 500 Pemudik Bermotor, Simak Jadwal dan Cara Daftar

“Tentunya ini akan jadi perhatian kita. Mudah-mudahan Kementerian Pertahanan mendorong percepatan pengadaan kapal kombatan anti-kapal Selam,” ucapnya.

Kemudian, Heri juga mengungkapkan kemampuan anti-kapal selam dari penerbangan TNI AL juga terbatas. Oleh karena itu, pemenuhan alutsista berupa pesawat pemburu-pembunuh (aircraft hunter killer) patut dipertimbangkan, terlebih fixed wing yang dimiliki Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) saat ini hanya memiliki kemampuan mendeteksi sasaran permukaan.

“Adanya aircraft hunter killer, yaitu penggunaan pesawat maritim ataupun helikopter untuk deteksi pelacakan dan penyerangan terhadap kapal selam, sampai saat ini belum dapat dilaksanakan. Diharapkan ke depan secara perlahan bisa dilengkapi,” jelasnya.

Baca Juga: Serda Fajar Persada Tentara yang Viral Karena Pintar Mengaji

Berikutnya, TNI AL juga perlu melengkapi kekuatan pertahanannya dengan mempunyai peralatan sistem deteksi bawah air atau underwater listening device yang ditempatkan di choke point atau jalur sempit yang strategis di perairan Tanah Air, seperti di tiga jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

“Penggunaan peralatan deteksi dan sensor akustik sangat diperlukan untuk mengetahui pergerakan kapal selam yang melintas di Indonesia,” ungkap Heri.

“Ini bisa kita manfaatkan (sensor bawah air) di corong-corong strategis di choke point, misalnya di Selat Sunda yang wilayahnya sempit, paling tidak kita dapat mengetahui kapal selam yang melintas di sana,” imbuhnya. (at)

BERITA TERBARU

INFRAME

Warga Jatiwaringin Antusias Saat Wing Komando I Kopasgat Bagikan Jumat Berkah

Wing Komando I Kopasgat membagikan nasi box kepada masyarakat daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jumat (26/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER