Jakarta, IDM – Salah satu tulang punggung alutsista yang dimiliki TNI AU adalah pesawat tempur F-16 Fighting Falcon. Elang besi asal Amerika Serikat (AS) tersebut kini bermarkas di sejumlah lokasi seperti Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi Madiun; serta Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.
Sudah puluhan tahun pesawat ini membantu para penerbang tempur (fighters) TNI AU dalam mengawal dirgantara Indonesia. Menilik sejarah, momen pendaratan perdana pesawat F-16 di Indonesia terjadi pada tahun 1989. TNI AU dalam akun Instagram @militer.udara, menjelaskan, hadirnya pesawat tempur ini dilakukan melalui sebuah proyek “Bima Sena” yang diketuai oleh Marsma TNI Sudjatio Adi. Melalui proyek tersebut, Indonesia dilaporkan membeli 12 unit pesawat F-16 Fighting Falcon buatan General Dynamics/Lockheed Martin Aircraft System, Amerika Serikat.
Baca Juga: Gugur Diserang KST, Prajurit Operasi SAR Pilot Susi Air Belum Dievakuasi
Kedatangan pesawat ini ke Indonesia dilakukan dalam tiga gelombang. Pengiriman untuk gelombang pertama dilakukan pada 12 Desember 1989. Saat itu, sebanyak tiga unit pesawat tempur F-16 harus melakukan penerbangan fery (ferry flight) untuk mencapai Indonesia, dengan rute Forth Worth (Dallas) – Honolulu – Guam – Lanud Iswahjudi.
Rute tersebut ditempuh dalam kurun waktu puluhan jam dengan rincian sebagai berikut: penerbangan dari Forth Worth, Dallas menuju Honolulu ditempuh selama 8 jam dengan 8 kali pengisian bahan bakar (air refueling). Selanjutnya, pesawat bertolak menuju Guam dengan waktu tempuh yang sama, yakni 8 jam dan 8 kali pengisian bahan bakar. Penerbangan kemudian dilanjut menuju Lanud Iswahjudi, di mana pesawat mengudara selama 5,5 jam dengan 5 kali air refueling.
Baca Juga: Ada 14 Tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang, Ini Dia Penjelasannya
Sehari berselang pasca pendaratan perdana di Indonesia, tepatnya pada 13 Desember 1989, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Oetomo meresmikan operasional pesawat ini sebagai unsur kekuatan Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun. Usai peresmian tersebut, pengiriman pesawat tempur F-16 Fighting Falcon untuk gelombang kedua dan ketiga dilakukan secara bertahap pada 7 September 1990 dan 22 September 1990.
Setahun sebelum pesawat tempur ini hadir di Indonesia, TNI AU telah melakukan sejumlah persiapan seperti mengirim penerbang dan teknisi untuk mengikuti pelatihan serta pendidikan di luar negeri. Empat penerbang yang telah mengantongi lebih dari 1.000 jam terbang dengan pesawat F-5 Tiger II diberangkatkan ke AS. Mereka adalah Letkol Pnb Wartoyo, Mayor Pnb Basri Sidehabi, Mayor Pnb Eris Heryanto dan Mayor Pnb Rodi Suprasodjo. Sedangkan teknisi yang diberangkatkan berjumlah 63 orang dan berasal dari skadron teknik, tempur, avionik serta depo. Tidak mudah untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan di AS lantaran mereka harus melalui seleksi yang begitu ketat.
Baca Juga: HUT ke-71 Kopassus, Kilas Sejarah Lahirnya Korps Baret Merah
Sebagai salah satu alutsista andalan, TNI AU terus melakukan sejumlah upaya modernisasi untuk pesawat tempur ini, salah satunya melalui program Falcon Star-Enhanced Mid Life Update (eMLU) yang telah dilakukan sejak tahun 2017.
Melalui program ini, pesawat tempur F-16 akan memiliki peningkatkan pada sejumlah aspek, seperti kemampuan avionik dan persenjataan, penguatan struktur pesawat hingga penambahan usia pakai (service life). Dengan demikian diharapkan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dapat digunakan dalam berbagai kondisi dan misi dalam upaya menjaga kedaulatan udara Indonesia. (yas)