Jakarta, IDM – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa setidaknya 185 orang tewas dan 1.800 lainnya terluka dalam konflik bersenjata yang telah berlangsung selama tiga hari antara faksi-faksi yang bersaing di Sudan.
Pertempuran pecah setelah perebutan kekuasaan antara dua jenderal yang melakukan kudeta tahun 2021 yaitu panglima militer Sudan, Abdel Fattah al-Burhan, dan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
“Kedua belah pihak yang bertikai tidak memberikan kesan bahwa mereka menginginkan mediasi untuk perdamaian di antara mereka segera,” ujar perwakilan khusus PBB untuk Sudan Volker Perthes melansir Reuters, Selasa (18/4).
Baca Juga: Prajurit TNI AD Bangun Rumah Baca bagi Anak Perbatasan Indonesia-Malaysia
Lebih lanjut, Perthes menggambarkan konflik bersenjata antara tentara dengan pasukan paramiliter ini telah membuat warga sipil terjebak hingga kehilangan tempat tinggal mereka.
Setelah pertempuran ini terjadi, muncul praduga keterlibatan Grup Wagner, organisasi tentara bayaran Rusia yang telah aktif di Sudan sejak masa pemerintahan mantan Presiden Omar al-Bashir, yang dipaksa turun dari kekuasaan setelah warga melakukan protes besar-besaran pada 2019.
Penyebaran Grup Wagner di Sudan
Semua bermula ketika Al-Bashir yang khawatir kekuasaannya usai, pergi ke Rusia pada 2017 untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan menawarkan Sudan sebagai “pintu gerbang ke Afrika” sebagai imbalan atas dukungan Rusia. Tak lama kemudian, Meroe Gold, perusahaan tambang milik perusahaan Rusia M Invest, mulai menguasai tambang emas di Sudan.
“Tugas Grup Wagner terutama ditujukan untuk menjaga sumber daya mineral, khususnya sumber daya tambang emas, dan bertindak sebagai kekuatan pendukung bagi pemerintah Bashir dalam hal melindunginya dari oposisi internasional,” ujar analis dan penulis buku Russia in Africa Samuel Ramadi melansir Al Jazeera.
Baca Juga: Panglima TNI Naikkan Status Operasi di Papua Jadi Siaga Tempur
Ramadi menjelaskan, setelah Al-Bashir lengser, Grup Wagner semakin giat melakukan penyelundupan emas dari Sudan ke beberapa kota. Saat ini, Wagner disebut telah membangun hubungan yang erat dengan pemimpin RSF.
“Hal ini ditujukan untuk menciptakan rute penyelundupan emas dari Sudan ke Dubai dan kemudian ke Rusia. Sehingga mereka dapat mendanai operasi Grup Wagner di Ukraina,” jelasnya.
Apakah Grup Wagner terlibat secara langsung dalam pertempuran di Sudan?
Hingga saat ini belum ada bukti yang menyatakan keterlibatan Grup Wagner dalam konflik bersenjata tersebut. Namun, Ashok Swain, Kepala Departemen Riset Perdamaian dan Konflik di Universitas Uppsala Swedia, berhipotesis bahwa Grup Wagner “sangat mungkin terlibat dalam pertempuran saat ini untuk mempertahankan posisinya di negara itu dan melindungi kepentingan bisnisnya yang masif.” (bp)