Selasa, 30 April 2024

Yonif 733/Raider, Pasukan Elite TNI AD di Kota Ambon

BACA JUGA

Ambon, IDM – Di kota Ambon terdapat batalyon raider yang merupakan pasukan elite TNI AD. Secara umum, batalyon raider tidaklah berbeda dengan prajurit infanteri. Namun, kemampuan individu yang dimiliki prajurit raider dinilai lebih mumpuni.

Pada tanggal 22 Desember 2003, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) saat itu, Jenderal Ryamizard Ryacudu menggagas untuk membentuk pasukan elit di seluruh Kodam. Ide tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan meningkatkan kualifikasi 10 pasukan infanteri reguler menjadi raider yang salah satunya dilatih kemampuan antiteror di Pusdiklatpassus.

Batalyon raider sendiri mampu beroperasi dalam unit kecil, rahasia dan mendadak. Biasanya, dalam satu Kodam memiliki satu unit pasukan Raider.

Baca Juga: KRI Banda Aceh Angkut Ratusan Penumpang Arus Mudik Lebaran

Untuk wilayah Kodam XVI/Pattimura sendiri, pasukan khusus tersebut bernama Batalyon Infanteri 733/Raider atau Yonif 733/Raider. Sebelum menjadi batalyon raider, batalyon ini dikenal sebagai Batalyon Infanteri 733/Masariku dan memiliki sepak terjang sejak 1961.

Pada tahun 2007, Yonif 733/Masariku dilikuidasi dan digantikan oleh Yonif 733/Raider. Peresmian dilakukan di Pantai Teluk Penyu, 2 Oktober 2007 oleh KSAD Jenderal TNI Djoko Santoso.

Pembentukan Yonif 733/Raider yang berlokasi di Waiheru, Baguala, Ambon ini merupakan bagian dari rencana pembangunan kekuatan TNI Angkatan Darat tahun 2005-2024.

Baca Juga: Sektor Timur UNIFIL Tinjau Prajurit TNI di Perbatasan Lebanon-Isarel

Salah satunya adalah setiap Kodam menjadi kompartemen strategis darat yang harus mampu melakukan pertahanan mandiri di darat. Oleh karena itu, pada setiap Kodam diperlukan satu pasukan yang andal, yaitu dengan disiapkan pasukan raider.

Untuk itu, kualifikasi menjadi prajurit raider tidaklah mudah. Para prajurit akan menempuh pendidikan raider yang dilaksanakan selama 84 hari. Mereka juga dilatih untuk memiliki kemampuan operasi di semua medan, baik di perkotaan, hutan gunung, sungai, rawa, laut, pantai, dan udara.

Pasukan Para Raider digembleng latihan dalam tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah tahap basis, tahap gunung hutan, dan tahap rawa laut. Pada tahap basis, pasukan mendapat pelatihan menghadapi pertempuran kota, pertempuran jarak dekat, dan ilmu medan. Penghancuran medan dan pembebasan tawanan diajarkan di tahapan ini.

Baca Juga: Jelang Purnatugas, Satgas Indo RDB XXXIX-E/Monusco Terima Kunjungan Tim MSC

Sementara pada tahap gunung hutan, pasukan dilatih bertahan hidup (survival) di hutan belantara dan kemampuan gerilya di gunung. Bahkan dalam tiga hari mereka tidak dibekali makanan atau minuman, hanya garam dan korek api yang dibawa pasukan. Mereka diuji untuk tetap bertahan dalam kondisi seminim apapun.

Sedangkan untuk tahap ketiga, tahap rawa laut, para raider digembleng kemampuan tempur di laut. Setiap batalyon raider terdiri atas 747 personel. Mereka memperoleh pendidikan dan latihan khusus selama enam bulan untuk perang modern, anti-gerilya, dan perang berlarut. Tiap-tiap batalyon ini dilatih untuk memiliki kemampuan tempur lebih dari batalyon infanteri biasa.

Mereka dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobil udara, seperti terjun dari helikopter. 50 orang personel di antara 747 orang personel dalam satu batalyon raider memiliki kemampuan antiteror dan keahlian-keahlian khusus lainnya yang didapatkan usai mengikuti pendidikan di Pusdiklatpassus. (nhn)

BERITA TERBARU

INFRAME

Warga Jatiwaringin Antusias Saat Wing Komando I Kopasgat Bagikan Jumat Berkah

Wing Komando I Kopasgat membagikan nasi box kepada masyarakat daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jumat (26/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER