Memiliki beragam jenis alutsista untuk memperkuat pertahanan sudah menjadi urgensi tiap-tiap negara untuk menjaga kedaulatannya. Salah alutsista yang sangat penting keberadaannya adalah jet tempur. Pesawat jenis ini diandalkan untuk menjaga keamanan keamanan suatu wilayah udara, atau pun untuk  menyerang musuh.
Rusia memperingatkan konsekuensi militer dan politik yang dapat terjadi jika Inggris memasok Jet Tempur ke Ukraina. Langkah ini dinilai dapat menambah ketegangan dengan negara-negara di Benua Eropa.
Setiap ekor pesawat militer, tidak terkecuali pesawat TNI Angkatan Udara (TNI AU), memiliki serangkaian huruf dan angka khusus yang berfungsi sebagai identitas. Setiap negara memiliki sistem penomoran ekor pesawat (tail number) yang berbeda-beda. Masing-masing militer memiliki aturan tersendiri. Sebagai contoh, pesawat milik TNI AU. Barisan jet tempur hingga helikopternya memiliki sistem penomoran tail number yang terdiri dari satu atau dua digit huruf, kemudian diikuti dengan empat digit angka.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menargetkan untuk tingkatkan jet tempur Angkatan Udara dengan program ‘All Rafale by 2030.’ Rencana ini berarti Prancis akan fokus transisi total menggunakan satu jenis jet tempur yaitu Dassault Rafale pada 2030.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan bahwa negaranya tidak akan memasok jet tempur ke Ukraina. Pernyataan ini disampaikan di saat Kyiv meminta negara-negara Barat untuk lebih banyak mengirim persenjataan canggih, termasuk jet tempur dalam menghalau serangan pasukan Rusia.
Angkatan Udara Rusia telah memperkuat armada pertahanannya dengan sejumlah jet tempur baru yaitu multirole Su-30SM2 yang diklaim sebagai jenis tercanggih karena dilengkapi dengan radar dan senjata yang lebih mutakhir.