Senin, 29 April 2024

Sejarah Monumen Mandala dari Bekas Sekolah Guru dan Hoofdkwartier van de Koninklijke

BACA JUGA

Makassar, IDM – Berada di tengah-tengah kota Makassar tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman, Sawerigading, Ujung Pandang, Monumen Mandala berdiri tegak menjulang menunjukkan eksistensi perjuangan Indonesia merebut kembali Irian Barat dari Belanda pada tahun 1962.

Dahulu lokasi monumen ini adalah sekolah guru (kweekschool) untuk melanjutkan menjadi guru pada zaman Belanda. Sekolah ini dibangun pada tahun 1876. Selanjutnya dalam perjalanan waktu, sekolah ini menjadi Hoofdkwartier van de Koninklijke atau Markas Angkatan Laut Kerajaan Belanda pada tahun 1946. Barulah pada tanggal 2 Januari 1962 pasca kemerdekaan tempat ini beralihfungsi menjadi Markas Komando Mandala yang dibentuk oleh Soeharto untuk operasi Pembebasan Irian Barat. Setelah operasi selesai di tahun 1993 bangunan lama dirobohkan dan dijadikan monumen.

Baca Juga: Jejak Sejarah Pesawat Tempur F-5 Tiger II, “Sang Macan” Andalan TNI AU

Pembangunan monumen yang diprakarsai oleh HA Zainal Basri, Gubernur Sulawesi Selatan yang dilakukan pada tahun 1994. Peletakkan batu pertama dilakukan oleh Soesilo Soedarman, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menkopolkam) saat itu, pada tanggal 11 Januari 1994. Dan pada tanggal 19 Desember 1995 monumen ini diresmikan Presiden Soeharto.

Sekilas melihat monumen ini kita akan mengingat Monumen Nasional (Monas) yang berada di Jakarta. Bentuknya dibuat segitiga sama sisi menyimbolkan Tiga Komando Rakyat (Operasi Trikora). Pada bagian bawah monumen, terdapat relief lidah api yang menjadi simbol semangat dari Trikora. Sementara relief yang sama di bagian atas melambangkan semangat yang tidak pernah padam. Selain itu ada juga 27 patung batang bambu runcing sebagai simbol instrumen perjuangan fisik rakyat saat itu. Pada sekeliling menara terdapat kolam yang melambangkan kejernihan berpikir. Pada bagian puncak terdapat harde untuk menangkal petir sekaligus simbol cita-cita yang hendak dicapai.

Monumen ini memiliki tinggi keseluruhan 75 meter dari tangga hingga ujung monumen namun untuk ukuran tinggi monumen sendiri adalah 62 meter menunjukkan manifestasi tahun kembalinya Irian Barat ke Indonesia pada tahun 1962. Untuk luasnya sendiri adalah empat lantai yang dijadikan museum Mandala.

Baca Juga: Mengenal Rumah Singgah Jenderal Soedirman di Desa Bodag, Trenggalek

Pada lantai pertama museum ini terdapat 12 diorama yang menggambarkan perjalanan perjuangan bangsa Indonesia di Pulau Sulawesi. Selain itu di lantai ini, juga ada tiga relief dan sembilan replika pakaian pejuang abad XVII hingg XVIII.

Kemudian pada lantai dua terdapat 12 diorama dan tiga relief yang menceritakan tentang perjuangan bangsa dalam rangka membebaskan Irian Barat. Pada lantai tiga berupa ruang kerja Panglima Mandala, dimana di dalamnya terdapat peta Irian Barat, tanda jabatan, foto-foto persiapan persiapan bertugas ke irian Barat, dan pakaian yang digunakan pada saat Operasi Mandala. Dan pada lantai keempat atau lantai terakhir berupa ruang pandang yang berfungsi untuk melihat Kota Makassar dari ketinggian. (rr)

BERITA TERBARU

INFRAME

Warga Jatiwaringin Antusias Saat Wing Komando I Kopasgat Bagikan Jumat Berkah

Wing Komando I Kopasgat membagikan nasi box kepada masyarakat daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jumat (26/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER