Sabtu, 4 Mei 2024

Perang Puputan Bayu, Pangeran Jagapati Pimpin Banyuwangi Lawan VOC

BACA JUGA

Jakarta, IDM – 18 Desember 1771, tepat hari ini 251 tahun silam, ribuan prajurit Blambangan di Banyuwangi bergerak menuju arena pertempuran.
Di bawah pimpinan Pangeran Jagapati mereka berseru-seru dengan semangat, membawa apa saja yang bisa digunakan sebagai senjata.

“Dan terjadilah Puputan Bayu, perang besar-besaran di tanah Banyuwangi melawan hegemoni kekuasaan perusahaan Hindia Timur Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC),” tulis Lekkerkerker dalam catatannya “Balambangan, Indische Gids II”, seperti dikutip Tirto, Minggu, (18/12).

Sementara itu dilansir dari Historia dalam buku “Ujung Timur Jawa, 1763-1812: Perebutan Hegemoni Blambangan” karya Sri Margana disebutkan Perang Puputan Bayu terjadi lantaran VOC tak terima kerajaan Blambangan jatuh di bawah kekuasaan kerajaan Hindu (Gegel, Buleleng dan Mengwi) di Bali.

VOC menginginkan Blambangan untuk mewujudkan keseimbangan kekuasaan atas Pulau Jawa. Sementara kerajaan Hindu di Bali menjadikan Blambangan sebagai “benteng” pembendung Islamisasi dari Jawa.

Upaya VOC mendapat perlawanan sengit dari rakyat Blambangan. Tercatat VOC mengalami kekalahan dua kali periode 1771-1773 melawan pasukan Pangeran Jagapati.

Memasuki tahun 1772 pertempuran terus berkecamuk. Penguasa Blambangan bikinin VOC meminta bantuan pada Gezaghebber, pegawai tertinggi VOC di ujung timur Jawa, untuk terus menyediakan pasukan dari Surabaya dan Madura. Bantuan pasukan dari Madura pimpinan Kapten Alap Alap akhirnya tiba. Mei 1772 pertempuran dimulai lagi. Kompeni kalah, mereka lari tunggang langgang.

Karena tetap saja kalah, Kompeni kembali meminta tambahan bantuan 8.000 prajurit dari Makassar dan Malaka, namun permintaan ini tak digubris Gubernur Van der Burg. Pasukan yang bisa disediakan hanya 150 orang Eropa, 5.000 orang pribumi, dan 100 batur yang direkrut dari Madura, Sumenep, Pamekasan, dan kabupaten lain di ujung timur Jawa.

Pihak Bayuwangi juga memperkuat diri. Mereka meminta bantuan tambahan pasukan dari Gusti Ngurah Jembrana di Bali. Namun, kabar mendatangkan pasukan dari Bali sampai ke pihak Kompeni. Patroli di sekitar Selat Bali dan Pantai Selatan Jawa lantas digencarkan untuk menghentikan masuknya bantuan dari Bali ke Bayuwangi.

Saat pertempuran besar siap pecah, Jagapati tewas pada 11 Juni 1772. Lukanya tak bisa disembuhkan. Sementara pemblokiran bantuan yang dilakukan Kompeni efektif mengurung wilayah Bayu. Dalam situasi mengkhawatirkan, para pemimpin perlawanan yang tersisa membentuk kelompok-kelompok kecil, menyebar di desa-desa yang mereka kuasai. Mereka memilih bertahan dan bertarung hingga mati.

Baca: Ketika Militer Australia ‘Berperang’ Melawan Burung Emu

Diperang Puputan Bayu sendiri lebih dari 60 ribu orang Blambangan menjadi korban, baik tewas, melarikan diri, atau hilang tanpa jejak.

Di sisi lain, VOC mengerahkan 10 ribu personil, dilengkapi senjata canggih termasuk alat-alat berat. Mereka juga menghabiskan 8 ton emas untuk biaya perang. VOC dalam hal ini sebenarnya merugi, karena apa yang dikeluarkan ternyata tak sepadan dengan apa yang didapat. Blambangan tidak memberikan keuntungan yang signifikan bagi Belanda selama berkuasa di Indonesia.

Karena kegigihan Pangeran Jagapati dan rakyat Banyuwangi Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. (rr)

BERITA TERBARU

INFRAME

Peringatan HUT ke-72 Kopassus

Upacara peringatan HUT ke-72 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berlangsung di Lapangan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta, Selasa (30/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER