Jumat, 26 April 2024

Monumen Operasi Lintas Laut Jawa-Bali, Mengenang Pendaratan Amfibi Pertama Indonesia

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Monumen Operasi Lintas Laut Jawa-Bali di Desa Cekik, Jembrana, adalah salah satu tonggak mengenang peristiwa bersejarah pertempuran laut di Selat Bali.

Dilansir dari Detik, Rabu (26/4), saat memasuki kawasan monumen pengunjung dapat melihat dua tank dan dua buah ranjau laut di pintu masuk serta dua ranjau dan rudal depan monumen. Konon, persenjataan di monumen ini asli dan pernah digunakan saat perang.

Kemudian, sebelum pengunjung naik ke atas patung jangkar kapal, terdapat gambar sejarah pertempuran laut pada dinding-dinding monumen serta di bagian belakang monumen ada prasasti besar bertuliskan 290 nama para pejuang saat itu.

Baca Juga: Hell Week dalam Pembentukan Manusia Katak

Dikisahkan, peristiwa heroik Pasukan M pimpinan Kapten Laut Markadi membawa misi ekspedisi melintasi Selat Bali. Pasukan ini dibentuk untuk menyelamatkan Bali yang kala itu diduduki tentara sekutu yang mendarat pada Oktober 1945.

Pertempuran ini sangat berarti bagi TNI AL, karena kisah operasi lintas laut Banyuwangi-Gilimanuk sejatinya adalah operasi pendaratan (amfibi) gabungan pertama dalam sejarah TNI dan sebagai pertempuran laut pertama dalam sejarah berdirinya Republik Indonesia.

Pada 4 April 1946, tercatat sebuah pertempuran laut pertama yang berhasil memukul mundur pasukan Belanda, meskipun dengan senjata seadanya. Pasukan M yang dipimpin Markadi, berjuang mati-matian menahan serangan dari kapal patroli Belanda.

Baca Juga: Dakota RI-001 Seulawah Pesawat Angkut Persembahan Rakyat Aceh untuk Indonesia

Pasukan M yang berada di kapal melakukan perang jarak dekat dengan pasukan Belanda. Posisi ini terbilang menguntungkan, karena kapal Belanda tidak bisa mengarahkan dengan tepat senapan mesin berat yang dipasang di geladak depan ke arah lawan, karena ukuran kapal Indonesia lebih kecil.

Senjata Belanda mengalami sudut mati dan hanya mampu mengenai layar kapal pasukan Indonesia. Sebaliknya, Pasukan M leluasa menembak dan melemparkan granat-granat tangan, termasuk granat bakar yang berjatuhan di geladak dan senapan mesin kapal Belanda.

Hal tersebut membuat Belanda mundur dari pertempuran yang hanya berlangsung sekitar 15 menit. Namun, pertempuran di ini menorehkan sejarah besar dalam mempertahankan kemerdekaan pascaproklamasi 17 Agustus 1945 karena berhasil menghambat pergerakan Belanda. (at)

BERITA TERBARU

INFRAME

Panglima TNI Pimpin Serah Terima Jabatan KSAU

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menyerahkan bendera panji Swa Bhuwana Paksa kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang baru Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono. Upacara serah terima jabatan (sertijab) tersebut berlangsung di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (5/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER