Jakarta, IDM – Presiden Rusia Vladimir Putin berupaya mempertahankan pengaruh dan jangkauannya di beberapa negara di Afrika termasuk Libya, meskipun masih berkonflik dengan Ukraina.
Upaya Putin memperluas pengaruhnya di Libya dimulai ketika ia mengerahkan kelompok paramiliter (private military contractor) Wagner pada tahun 2018. Wagner dikirim untuk melatih Tentara Nasional Libya, yang berada di bawah komandan militer pemberontak Khalifa Haftar.
Baca Juga: Hungaria Dikabarkan akan Izinkan Swedia Gabung NATO
Namun, semenjak kematian pendiri Wagner Yevgeny Prigozhin, kelompok militer itu menjadi tidak stabil. Mengingat pengaruh Wagner yang cukup kuat di Libya, Rusia berupaya mempertahankan keberhasilan Prigozhin dengan membagi kepentingan komersial dan militer ke berbagai dinas intelijen.
Dilansir dari Al Jazeera, Selasa (27/2), Royal United Services Institute (RUSI) melaporkan bahwa kepentingan Rusia di Libya berfokus pada kondisi geografis yang strategis. Libya pun diperkirakan memiliki cadangan minyak dan emas yang sangat melimpah.
Baca Juga: Disetujui Hungaria, Swedia Akhirnya Gabung NATO
Oleh sebab itu, melalui pimpinan Jenderal Andrei Averyanov, kepanjangan tangan dari Putin dan Wagner, Rusia berupaya mempererat hubungan dengan Libya. Ia bertemu dengan Haftar pada bulan September tahun lalu, yang dikabarkan menjanjikan sejumlah sumber daya keamanan.
“Itu (Wagner) sebuah jaringan. Bukan hanya dukungan militer. Mereka menggunakan posisi mereka di Libya timur untuk mengangkut Captagon (sejenis narkotika) dari Suriah, memindahkan emas untuk menghindari sanksi, serta membantu memperdagangkan migran dari Afrika bagian selatan dan Bangladesh,” kata Tarek Megerisi, peneliti senior European Council on Foreign Relations. (bp)
