Sabtu, 11 Mei 2024

Kisah Babinsa Koptu Anronikus Tampami Bangun PLTA Mini di Dusun Mbani, Ende

BACA JUGA

Jakarta, IDM – Tak tega melihat warga binaannya gelap-gelapan di malam hari,
Babinsa TNI AD Koptu Anronikus Tampami berinovasi membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mini untuk menerangi Dusun Mbani, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Atas aksinya itu, Koptu Anronikus diusulkan untuk Soedirman Awards 2023.

Dilansir dari detik, Kamis, (26/10) Anronikus membuat PLTA itu pada akhir tahun 2019. Ia menceritakan kondisi di wilayah binaannya. Akses ke Dusun Mbani itu sangat sulit dan terisolir. Jika musim hujan, jalanan menjadi berlumpur hingga desa tersebut tidak bisa diakses karena air sungai tinggi.

“Ketika saat itu musim hujan saya nginap di desa itu karena tidak bisa pulang karena hujan lebat, tidak bisa nyeberang di sungai, saya sangat prihatin melihat warga desa itu di situ ketika saat malam, yang lebih parah mereka setengah 7 itu sudah tak ada aktivitas,” kata Anronikus.

Kondisi itu terjadi pada tahun 2019. Anronikus menyebut pada malam hari anak-anak harus belajar dengan penerangan obor.

“Jadi memang gelap gulita, mereka menggunakan penerangan dari obor. Indonesia sudah merdeka berapa puluh tahun kok kita di sini kayak gini, yang lebih prihatin anak-anak sekolah. Malam dia nggak bisa belajar, kalau dia belajar menggunakan obor, obor menggunakan minyak tanah, sudah carinya ke kota, jauh,” jelas dia.

Baca Juga: KSAD Baru Letjen TNI Agus Subiyanto Punya Pengalaman di Tempur Hingga Teritorial

Atas keprihatinan tersebut, Anronikus mencari cara agar Dusun Mbani itu bisa dialiri oleh listrik. Dia kemudian berdialog dengan tokoh dan pemuda setempat.

“Sebelum kita tidur malam sempat kita komunikasi dengan masyarakat, tokoh di desa. Sempat mereka tanya ke saya, ‘Pak Babinsa bagaimana Indonesia sudah merdeka, saat ini kami belum merdeka’ saya bilang belum merdekanya bagaimana? ‘Bapak liat sendiri kan kita gelap-gelapan ini’ sambil kelakar dia,” jelasnya.

Pada awalnya Anronikus menggunakan disel sebai sumber listrik. Akan tetapi, biaya yang dibutuhkan sangat mahal karena harus menggunakan BBM. Penerangan menggunakan disel hanya bertahan seminggu.

Anronikus kembali memutar otaknya. Dia melihat sungai di dekat desa itu mengalir deras. Dia kemudian mencoba untuk membuat PLTA mini.

“Akhirnya muncul ide saya, memang saya nggak pernah merakit PLTA mini dan nggak punya pengalaman untuk membuat barang itu. Jadi saya pulang ke kantor, ke kodim pulang dengan beban berat. Jadi saya coba belajar dari YouTube, kadang saya ketemu teman saya di kota biasanya yang servis dinamo, saya tanya mereka cari pengalaman,” ucap Anronikus.

Baca Juga: Boresighting dan Zeroing Kunci Akuratnya Tembakan Badak Satuan Kikav 8/KSC/2 Kostrad

Semua bahan untuk membangun PLTA mini itu adalah barang bekas. Anronikus dan pemuda setempat berpencar untuk mencari bahan-bahan.

“Saya dan pemuda di kampung itu kita mulai mengumpulkan barang bekas, dinamonya rongsokan, kincir saya buat dari roda traktor besi yang bekas juga yang patah kita las lagi, berikut penggerak dari kincir ke dinamo. Barang bekas semua,” kata dia.

Setelah proses perakitan selesai, PLTA itu bisa berfungsi. Akan tetapi arus listrik yang dihasilkan tidak stabil.

“Sempat macet satu bulan. Saya berpikir lagi bagaimana, karena dasarnya saya nggak pernah belajar barang itu, saya nekat cari tahu informasi bagaimana cara barang ini bisa hidup,” kata dia.

Setelah mempelajari lebih dalam, Anronikus menyebut alat untuk menstabilkan aliran listrik harus dipasang di PLTN mini tersebut. Dia memesan barang itu dari luar provinsi karena tidak ada yang menjual di Ende.

“Barangnya datang saya masih ingat barang itu plus ongkir sampai di Ende itu Rp 1 juta rupiah, jadi mulai kita urunan. Ketika alat itu datang, kita pasang dan jadi,” kata dia.

Pada Desember 2019, PLTA mini itu dilakukan uji coba pertama. Lampu di tiap-tiap rumah dipasang. Pada saat percobaan pertama, lampu-lampu di rumah warga meledak.

Baca Juga: TNI AU Gandeng RAAF untuk Gelar Pelatihan Flying Display Director

“Bulan Desember kita sempat uji coba pertama, sempat meledak lampu listrik, bingung saya, arusnya terlalu kencang. Jadi saya beli alat pengukur arus listrik. Saya coba hidupin lagi, kita kurangi debit air, ketemu ukurannya. Akhirnya berhasil,” tutur dia.

Setelah berhasil, PLTA mini itu menerangi rumah 33 kepala keluarga di Dusun Mbani, 1 SD, 1 gereja, poskesdes dan kantor desa. Anronikus sempat terharu karena berhasil membangun PLTA mini itu.

“Ketika nyala normal itu, sekitar jam 10 malam, saya bersama tokoh adat dia ngajak saya ke atas puncak bukit, kami berdua duduk sambil merokok melihat ke kampung itu seperti kota kecil, itu saya sampai nangis, punya kebahagiaan yang sangat luar biasa,” kata dia.

Anronikus menyebut PLTA mini itu digunakan dari tahun 2020 hingga pertengahan 2022. Sebab, pada tahun 2022 itu aliran listrik dari PLN telah masuk.

“Tapi namanya jaringan di desa kan banyak pohon kemiri, kalau musim hujan musim angin listrik bisa padam 1 minggu, kadang 2 minggu, jadi PLTA itu jadi listrik emergency, ketika padam mereka bisa gunakan,” kata dia.

Bagi Anronikus, sebagai Babinsa dia akan mengerahkan seluruh kemampuannya. Dia selalu berupaya untuk mengatasi kesulitan warga.

“Jadi kendala kami Babinsa di wilayah itu, kami berada di wilayah kami berbuat sesuai kemampuan kami dan apa yang kami miliki kami harus berupaya mengatasi kesulitan rakyat di sekitar kami, apapun kami akan lakukan. Saya nggak pernah belajar barang itu, tapi karena keadaan harus bisa,” jelasnya. (rr)

BERITA TERBARU

INFRAME

Peringatan HUT ke-72 Kopassus

Upacara peringatan HUT ke-72 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berlangsung di Lapangan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta, Selasa (30/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER