Selasa, 30 April 2024

Pentagon Sebut China Targetkan Peningkatan Senjata Nuklir

BACA JUGA

Washington, IDM – Pentagon merilis sebuah laporan, Selasa (2/9), yang menyebut bahwa China tengah berupaya untuk menggandakan jumlah hulu ledak nuklir di gudang persenjaaan mereka dalam dekade berikutnya. Laporan tersebut juga menjelaskan perihal militer China yang telah menyamai bahkan melampaui Amerika Serikat (AS) dalam sejumlah bidang utama.

Hal ini menunjukkan bahwa China telah membuat langkah besar dalam sejumlah bidang seperti pembangunan kapal, pengembangan rudal balistik dan jelajah sistem pertahanan udara terintegrasi.

Peningkatan kemampuan militer China tersebut ditengarai karena meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing dalam sejumlah hal, termasuk aktivitas militer China di Laut China Selatan (LCS) dan dukungan AS ke Taiwan.

Hal ini juga dipublikasi menjelang pemilu 2020 dimana Presiden Donald Trump disebut menjadikan sikap agresifnya terhadap Beijing sebagai salah satu persoalan yang akan diangkat dalam kampanyenya.

“Selama dekade berikutnya, persediaan hulu ledak China-yang saat ini diprediksi berada dibawah 200-an-diproyeksikan menjadi dua kali lipat karena China tengah memperkuat dan memodernisasi kekuatan nuklir mereka,” bunyi pernyataan dalam laporan tersebut seperti dilansir CNN.

Jumlah hulu ledak Rudal Balistik Antarbenua China yang berbasis darat dan mampu mengancam Amerika Serikat juga diperkirakan akan bertambah menjadi sekitar 200 dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

Kekuatan nuklir China akan berevolusi secara signifikan dalam periode dekade berikutnya karena modernisasi, diversifikasi, dan meningkatnya jumlah platform nuklir berbasis darat, laut, dan udara.

China tengah berupaya untuk mencapai “Nuklir Triad” dengan pengembangan rudal balistik peluncuran udara berkemampuan nuklir dan meningkatkan kemampuan nuklir darat serta lautnya.

Beijing menolak bergabung dalam pembicaraan perihal pengendalian senjata

Pemerintahan Donald Trump telah lama berupaya untuk menyertakan China dalam pembicaraan perihal pengendalian senjata nuklir dengan Rusia, akan tetapi Beijing menolak. Meskipun jumlah hulu ledak nuklir China berkembang pesat,namun persediaannya secara keseluruhan masih kalah dengan Rusia dan AS.

Perjanjian New START membatasi Rusia dan AS dalam hal pengerahan hulu ledak nuklir rudal balistik antarbenua yang berkisar 1.550, rudal balistik yang diluncurkan kapal selam dan pembom berat yang dilengkapi persenjataan nuklir.

China juga dilaporkan telah mencapai kesetaraan atau bahkan melampaui AS dalam beberapa bidang modernisasi militer, termasuk pembuatan kapal, rudal balistik dan jelajah konvensional berbasis darat, serta sistem pertahanan udara yang terintegrasi.

China tercatat memiliki angkatan laut terbesar di dunia dengan sekitar 350 kapal dan kapal selam, termasuk lebih dari 130 kombatan utama permukaan. Sebagai perbandingan, kekuatan tempur Angkatan Laut AS berkisar pada 293 kapal di awal tahun 2020.

China memiliki lebih dari 1.250 rudal balistik yang diluncurkan dari darat (Ground-Launched Ballistic Missiles) dan rudal jelajah yang diluncurkan dari darat (Ground-Launched Cruise Missiles) dengan jarak antara 500 dan 5.500 kilometer.

Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa di tahun 2019, Beijing meluncurkan lebih banyak rudal balistik untuk pengujian dan pelatihan dibandingkan dengan gabungan seluruh dunia.

Kepemilikan Beijing atas gudang besar rudal jarak menengah dinilai oleh beberapa pihak sebagai faktor pendorong untuk membuat pemerintah Trump keluar dari perjanjian INF 1987 dengan Rusia, dimana Washington dan sekutunnya NATO menyebut Moskow melanggar dengan mengerahkan rudal jarak menengahnya sendiri.

Disaat AS telah mulai mengembangkan rudal jarak menengahnya sendiri, China masih menikmati keuntungan yang siginfikan di area tersebut.

Belanja militer China mengerdilkan negara-negara di kawasan tetapi masih jauh di belakang AS

Meskipun belanja militer China dinilai mengerdilkan negara-negara di kawasan, tetapi angkanya masih berada jauh dibelakang AS. Laporan tersebut mencatat bahwa China terus meningkatkan pengeluaran militernya pada tingkat yang melebihi pertumbuhan ekonomi China sehingga pengeluaran pertahanan China dianggap telah mengerdilkan negara-negara di kawasan.

Aggaran pertahanan resmi China adalah $172 miliar pada tahun 2019, sementara anggaran pertahanan AS berkisar pada $685 miliar. Namun, laporan Pentagon menyebut bahwa anggaran militer yang diterbitkan pihak Beijing telah “menghilangkan beberapa kategori pengeluaran utama” termasuk penelitian,pengembangan, dan pengadaan senjata asing, sehingga pengeluaran China dalam sektor militer ditengarai bisa mencapai lebih dari $200 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan angka resmi yang mereka terbitkan.

Sementara itu, anggaran pertahanan Jepang di tahun yang sama yaitu 2019 mencapai $52 miliar, Korea Selatan berkisar di angka $40 miliar, dan Taiwan yakni $10,9 miliar.

Laporan Pentagon juga menyinggung bahwa China masih memiliki sejumlah cara yang akan ditempuh terkait dengan investasi militer dan kampanye modernisasi. Beberapa unit infanteri China masih menggunakan peralatan militer “usang” yang berasal dari era saat negara tersebut masih diperintah oleh pemimpin Mao Tse-Tung.

AS menaruh perhatian khusus pada upaya China memodernisasi pasukannya untuk bisa menyerang Taiwan jika negara tersebut mencari kemerdekaan secara formal.

Seperti laporan Departemen Pertahanan sebelumnya mengenai militer China, China telah mengambil langkah dalam mengatasi tantangan untuk melakukan invasi ke Taiwan seraya menyadari bahwa Taiwan juga tengah berupaya untuk meningkatkan postur militernya yang dapat memungkinkan negara tersebut menangkal berbagai jenis serangan.

Militer China baru-baru ini menerbangkan jet tempur ke selat Taiwan untuk unjuk kekuatan dan bertepatan dengan kunjungan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar ke Taiwan, pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Taiwan dalam beberapa dekade terakhir.

Pada hari Minggu, AS mengerahkan kapal perang USS Halsey melalui Selat Taiwan, lokasi transit kedua pada bulan Agustus. Selanjutnya, pada hari Senin pejabat tinggi di Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik Departemen Luar Negeri mengumumkan bahwa AS dan Taiwan tengah membangun dialog ekonomi bilateral baru dan menguraikan jaminan keamanan yang baru saja dibuka antara Washington dan Taipei.

Selain itu, laporan Pentagon juga menyebut bahwa China mungkin telah mempertimbangkan lokasi sebagai tempat bagi fasilitas logistik militer di Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Langka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan. China dan Kamboja juga secara terbuka membantah telah menandatangani perjanjian untuk memberi Angkatan Laut china akses ke pangkalan Angkatan Laut Ream Kamboja. (YAS)

BERITA TERBARU

INFRAME

Warga Jatiwaringin Antusias Saat Wing Komando I Kopasgat Bagikan Jumat Berkah

Wing Komando I Kopasgat membagikan nasi box kepada masyarakat daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jumat (26/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER