Minggu, 5 Mei 2024

Dirayakan Setiap 15 Desember, Berikut Sejarah Hari Juang TNI AD

BACA JUGA

Jakarta, IDM – TNI Angkatan Darat (TNI AD) kembali merayakan Hari Juang TNI AD ke-78 di hari ini 15 Desember 2023. Hari juang kali ini mengangkat tema “TNI AD Bersama Rakyat Bersatu dengan Alam untuk NKRI”.

Lalu bagaimana sejarah Hari Juang TNI AD?

Dilansir dari Tirto, dijelaskan bahwa setiap tanggal 15 Desember TNI AD akan mengenang peristiwa Palagan Ambarawa atau biasa disebut sebagai Hari Infanteri atau belakangan disebut Hari Juang Kartika TNI AD.

Hari Juang Kartika TNI AD dimaksudkan untuk mengenang kemenangan militer Indonesia, bersama kekuatan-kekuatan rakyat lainnya, ketika memukul mundur pasukan Belanda dan Inggris pasca-proklamasi kemerdekaan.

Selain menjadikan tanggal 15 Desember sebagai hari khusus untuk mengenang pertempuran Ambarawa, peristiwa tersebut juga dikenang dengan Monumen Palagan Ambawara di Ambarawa, Semarang.

Sementara itu dikutip dari website Kemendikbud, pasca-proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda dengan serdadu-serdadunya berusaha kembali masuk wilayah Indonesia, salah satunya adalah Ambarawa.

Baca Juga: Respons Surat Telegram terkait Lonjakan Covid-19, KSAL Berikan 4 Penekanan

Semasa pendudukan Jepang, Ambarawa memiliki sebuah kamp tahanan berisi anak-anak dan perempuan Belanda.

Menurut buku Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Volume I, karangan Rosihan Anwar, para tahanan Belanda dalam kamp tersebut seringkali disiksa oleh tentara Jepang.

Oleh karenanya, setelah Jepang mengaku kalah, Ambarawa menjadi tempat yang didatangi pihak sekutu melalui Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI).

Tugas RAPWI sendiri adalah melakukan evakuasi dan rehabilitasi tawanan perang dan internir. Namun, bersama meraka, juga datang pasukan bersenjata.

Dan menurut buku Mari Bung Rebut Kembali, karya R.H.A. Saleh dijelaskan pada 19 Oktober 1945, terdapat juga pasukan militer Inggris yang dikirim ke Semarang. Pasukan militer tersebut diberi kode CRA’s Brigade.

Peristiwa masuknya militer sekutu ke Indonesia tersebut terjadi ketika euforia kemerdekaan tengah menjalar ke berbagai penjuru Indonesia. Euforia tersebut dibarengi dengan sentimen masyarakat Indonesia atas kembalinya sekutu ke tanah Indonesia.

Baca Juga: Setelah di Jakarta Kini KSAD Pimpin Pembersihan Sampah di Sulsel

Sentimen tersebut kemudian tersulut ketika terdapat temuan bahwa pasukan sekutu yang bertugas untuk merehabilitasi tawanan perang justru mempersenjatainya. Hal ini kemudian memicu pecah insiden antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR-merupakan cikal bakal TNI saat ini) dengan sekutu pada 26 Oktober 1945.

Menengahi kejadian tersebut Soekarno dan Brigjen Bethel dari Inggris kemudian melakukan perundingan gencatan senjata pada 2 November 1945.

Perundingan tersebut juga dibarengi dengan kesepakatan bahwa jalan raya Ambarawa-Magelang terbuka untuk pihak Republik Indonesia dan sekutu. Melalui perundingan tersebut juga disebutkan bahwa aktivitas NICA tidak diakui oleh sekutu.

Akan tetapi, perjanjian tersebut ternyata tak diindahkan oleh pihak Sekutu, hingga meletuslah pertempuran pada 20 November 1945 di Ambarawa dan Magelang.

Sekutu melakukan pengeboman di wilayah-wilayah Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Komandan Resimen Purwokerto Letnan Kolonel Isdiman tewas terbunih. Perwira andalan Sudirman itu terbunuh di daerah Jambu, selatan Ambarawa.

Hal tersebut kemudian membuat Jenderal Sudirman, yang belum lama terpilih menjadi Panglima TKR, turun tangan. Sudirman yang kala itu masih berpangkat kolonel meski telah terpilih sebagai panglima, melancarkan serangan serentak.

Baca Juga: Resmi Dilantik, 18 Perwira Remaja Korps Kesehatan Jadi Kekuatan Baru untuk TNI AU

Pertempuran tersebut selesai pada 15 Desember 1945, di mana militer Indonesia dengan kekuatan paramiliter bikinan rakyat, memaksa Sekutu mundur hingga ke Semarang.

Menurut buku Julius Pour dalam Ignatius Slamet Rijadi: dari mengusir Kempeitai sampai menumpas RMS, disebutkan berdasarkan kesaksian Komodor Tull dari tim RAPWI mengatakan bahwa pertempuran Ambarawa sangat mengerikan.

“Setiap jengkal tanah dipertahankan secara mati-matian oleh kedua belah pihak. Ini benar-benar Total War,” aku Tull.

Namun, kemenangan atas pertempuran Ambarawa mesti dibayar mahal. Menurut kesaksian Komodor Tull, perlawanan pihak Indonesia membuat 100 prajurit Inggris tewas. Sedangkan, pihak Indonesia kehilangan 2.000 orang, baik dari TKR maupun laskar rakyat.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, baik kemenangan maupun kehilangan, maka dibuatlah Monumen Palagan Ambarawa. Oleh karena itu pula, 15 Desember menjadi Hari Juang Kartika TNI AD. (rr)

BERITA TERBARU

INFRAME

Peringatan HUT ke-72 Kopassus

Upacara peringatan HUT ke-72 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berlangsung di Lapangan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta, Selasa (30/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER