Sabtu, 4 Mei 2024

Ledakan Dahsyat di Beirut, Ratusan Orang Meninggal Dunia

BACA JUGA

Beirut, IDM – Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyebut pihaknya masih menyelidiki penyebab ledakan dahsyat yang mengguncang Beirut, ibu kota Lebanon, Selasa (4/8). Insiden tersebut menewaskan setidaknya 135 orang dan melukai lebih dari 5.000 orang lainnya. Saat ini, pemerintah Lebanon tengah fokus pada 2.750 metrik ton amonium nitrat bahan peledak yang disimpan di sebuah gudang di pelabuhan.


Pasca ledakan ini, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab juga mengumumkan Rabu (05/08) dan dua hari berikut sebagai hari berkabung nasional. Para pejabat mengatakan korban luka-luka “akan sangat tinggi jumlahnya.” Selain itu, Pertemuan Dewan Pertahanan Nasional yang dipimpin Presiden Michael Aoun turut merekomendasikan pemerintah agar menetapkan “kondisi darurat dua minggu” di ibu kota Beirut dalam pertemuan kabinet Rabu (05/08). Presiden Aoun juga mengatakan pemerintah akan menggelontorkan dana darurat sebesar 100 miliar lira (Rp972,1 miliar).

Ledakan hebat tersebut diduga berasal dari bahan peledak yang disimpan di gudang selama enam tahun. Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan adanya 2.750 ton amonium nitrat – bahan untuk pupuk dan peledak – disimpan di gudang “tidak dapat diterima.” “Saya tidak akan diam sampai kita menemukan orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi, sehingga kita dapat meminta pertanggungjawaban dan menerapkan hukuman paling berat,” kata perdana menteri dalam akun Twitter resminya.

“Tidak dapat diterima ada 2.750 amonium nitrat disimpan di gudang selama enam tahun, tanpa adanya langkah pengamanan sehingga membahayakan keselamatan warga.”

Amonium nitrat merupakan zat yang sangat mudah meledak ketika bersentuhan dengan api dan ketik meledak,amonium nitrat bisa melepaskan sejumlah gas beracun, termasuk nitrogen oksida dan gas amonia. Karena mudah meledak, ada sejumlah aturan ketat dalam menyimpan amonium nitrat secara aman. Ragam aturan tersebut meliputi tempat penyimpanan yang tahan api, tidak boleh ada lubang drainase, pipa-pipa, atau saluran lain yang dapat menumpuk amonium nitrat sehingga menciptakan bahaya ledakan tambahan.

Sementara itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan satu orang WNI menjadi korban luka dalam insiden ledakan dahsyat itu. Kondisi WNI yang merupakan seorang pekerja migran itu kini dilaporkan sudah stabil. “Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut,” kata Faizasyah, seperti dikutip BBC Indonesia.

Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, menjelaskan WNI yang mengalami luka itu adalah seorang perempuan yang bekerja di kawasan Jal El Dib, yang berlokasi delapan kilometer dari Pelabuhan Beirut. “Luka sudah dijahit oleh dokter. Saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama empat WNI lainnya di Jal El Dib,” sebut Hajriyanto, Rabu (05/08).

Di Lebanon, terdapat total 1.447 WNI, 213 di antaranya masyarakat dan keluarga besar KBRI) dan 1.234 TNI anggota kontingen Garuda. Menurut Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, KRI Sulthan Hasanuddin 366—yang bertugas sebagai Kontingen Garuda Satgas MTF dalam UNIFIL—terkonfirmasi aman karena sedang berlayar di Mersin, Turki.

BERITA TERBARU

INFRAME

Peringatan HUT ke-72 Kopassus

Upacara peringatan HUT ke-72 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berlangsung di Lapangan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta, Selasa (30/4).

EDISI TERBARU

sidebar
ads-custom-5

POPULER