Korea Selatan (Korsel) resmi membentuk sebuah divisi baru yang bertugas menghadapi ancaman dari senjata nuklir dan senjata pemusnah masal dari Korea Utara (Korut), Senin (2/1). Divisi ini dibentuk setelah Presiden Korut Kim Jong Un mengungkapkan rencana untuk meningkatkan persenjataan nuklir negaranya di tahun 2023.
Korea Selatan (Korsel) menggelar latihan militer skala besar untuk mensimulasikan penembakan drone, Kamis (29/12). Latihan ini dilakukan sebagai langkah memperkuat kesiapan melawan provokasi Korea Utara (Korut).
Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol menyerukan pasukan militernya untuk meningkatkan pertahanan udara yang lebih kuat. Ia menginginkan militer Korsel untuk mengembangkan pesawat nirawak siluman atau stealth drone berteknologi canggih demi memantau negara tetangganya, Korea Utara (Korut).
Korea Selatan (Korsel) menyatakan bahwa Korea Utara (Korut) meluncurkan beberapa pesawat nirawak alias drone melintasi wilayah Garis Demarkasi Militer antar Korea, Senin (26/12). Militer Korsel menanggapi hal ini dengan mengerahkan pesawat tempur dan tembakan peringatan untuk menghalau Korut.
Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur, Jumat (23/12). Uji coba rudal ini dilakukan beberapa hari setelah pesawat tempur AS dan Korea Selatan (Korsel) melakukan latma di Semenanjung Korea.
Amerika Serikat (AS) kerahkan Jet Tempur Siluman F-22 dan Pesawat Pembon B-52H ke Semenajung Korea, Selasa (20/12). Pesawat-pesawat canggih tersebut akan ikut serta dalam latma militer dengan Korea Selatan (Korsel) dalam upaya memperkuat pencegahan ditengah meningkatnya ancaman nuklir dan rudal Korea Utara (Korut).
Korea Utara (Korut) telah meluncurkan roket sebagai bagian dari pengembangan satelit pengintai militer yang diklaim telah memasuki tahap akhir di Stasiun Peluncuran Satelit Sohae, Provinsi Pyongan Utara, Minggu (18/12). Presiden Kim Jong Un menargetkan satelit pengintaian militer ini akan selesai dan mengorbit pada April 2023.
Korea Utara (Korut) telah menguji senjata strategis jenis baru di negaranya berupa sistem motor bahan bakar padat dengan daya dorong tinggi. Percobaan ini merupakan upaya untuk terus mengembangkan program nuklir dan kapasitas rudal balistik antarbenua Korut.
Korea Utara (Korut) menembakkan sekitar 130 peluru artileri ke arah lepas pantai sebelah timur dan barat wilayahnya, Senin (5/12). Langkah ini dilakukan setelah mendeteksi bahwa Korsel menggelar latihan militer di area perbatasan.
Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengungkapkan bahwa tujuan negaranya adalah memiliki kekuatan strategis paling kuat di dunia. Hal ini diungkapkan saat upacara perayaan keberhasilan uji coba rudal antarbenua (ICBM) Hwasong-17, Minggu (27/11).
Korea Utara (Korut) mengumumkan bahwa mereka berhasil meluncurkan Intercontinental Ballistic Missiles (ICBM) atau rudal balistik antarbenua terbesarnya dalam sebuah tes. Rudal ini dikenal dengan nama Hwasong–17 atau sering disebut rudal monster.
Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut) Choe Son Hui menganggap PBB berpihak pada Amerika Serikat (AS) setelah turut bergabung dengan posisi AS yang mengecam uji coba rudal balistik antarberunia Korut baru-baru ini. Menurut Choe, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah mengabaikan Tujuan dan Prinsip Piagam PBB yaitu menjaga ketidakberpihakan dan objektivitas.
Negara-negara G7 mengecam keras peluncuran rudal balistik antarbenua Korea Utara (Korut) dan menyerukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan langkah tegas yang signifikan dalam menanggapi aksi rezim tersebut.
Korea Utara (Korut) menembakkan sebuah rudal balistik antarbenua yang jatuh di Laut Timur, Jumat (18/11). Korut pun membuat pernyataan bahwa peluncuran rudal mereka merupakan bentuk peringatan terhadap aktivitas militer AS dan sekutu yang semakin kuat di Semenanjung Korea.