Armenia dan Amerika Serikat (AS) mulai menggelar latihan militer gabungan bertajuk 'Eagle Partner 2023' pada beberapa waktu lalu. Latihan ini merupakan tanda Pemerintahan Vahagn Khachaturyan mulai bergeser ke AS dari sekutu lamanya, Rusia.
Sejumlah unsur TNI AL bersama Angkatan Laut AS, Jepang, dan Singapura melakukan berbagai serial latihan saat melaksanakan operasi laut gabungan di perairan utara Pulau Madura, Sabtu (9/9).
Otoritas pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Rusia kemungkinan akan meningkatan produksi artileri menjadi lebih dari 2 juta munisi per tahun. Perkiraan itu muncul di tengah isu bahwa Rusia kini juga mencari pasokan senjata dari Korea Utara (Korut).
Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mengirimkan amunisi depleted uranium ke Ukraina untuk pertama kalinya. Pasokan amunisi ini merupakan bagian dari bantuan militer dan kemanusiaan terbaru AS senilai lebih dari $ 1 miliar.
Wakil Presiden AS Kamala Harris menyoroti kemungkinan Korea Utara (Korut) untuk memasok persenjataan ke Rusia, yang dinilai akan menjadi sebuah kesalahan besar. Sementara, seorang analis militer menilai kerja sama itu juga mungkin terjadi jika Korut mendapat keuntungan dari Rusia.
Armenia akan menjadi tuan rumah latihan gabungan dengan Amerika Serikat (AS) yang bertajuk 'Eagle Partner 2023' pekan depan. Rencana latihan ini menimbulkan kekhawatiran bagi Rusia, sekutu lama Armenia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Kyiv sebagai bentuk dukungan terhadap Ukraina yang tengah melakukan serangan balasan selama beberapa bulan terakhir. Kunjungan itu dilakukan beberapa jam setelah Rusia melancarkan serangan rudal terhadap Ibu Kota Kyiv.
Departemen Pertahanan AS dan badan investigasi FBI mengatakan telah mengungkap lebih dari 100 Warga Negara (WN) Cina yang menyamar sebagai turis untuk mencoba menyusup ke pangkalan militer AS dan situs federal lainnya.
Pasukan TNI dan Amerika bersama Jepang serta Singapura menggelar latihan ambush atau penyergapan untuk mempertajam teknik dan taktik tempur di Bengko Alas, Situbondo, Sabtu (2/9).
Amerika Serikat (AS) memperingatkan Korea Utara (Korut) untuk tidak menjual persenjataan ke Rusia. Jika itu terjadi, Korut disebut akan "menanggung konsekuensi" karena telah membantu pemerintah Putin berperang di Ukraina.
Angkatan Laut Filipina dan Amerika Serikat (AS) melakukan pelayaran bersama di Laut Cina Selatan, yang masih termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Filipina. Tujuannya untuk mempertegas kerja sama pertahanan kedua negara di tengah ketengangan dengan Cina yang mengklaim sebagian besar wilayah di perairan tersebut.
Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dikabarkan berencana berkunjung ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di bulan ini. Pertemuan itu bertujuan untuk membahas kemungkinan pasokan senjata dari Korut ke Rusia.
Pemerintahan Amerika Serikat (AS) menyebut bahwa pasukan Ukraina telah mencapai "kemajuan penting" dalam upaya memukul mundur pasukan Rusia di wilayah selatan khususnya di Zaporizhzhia selama 72 jam terakhir.
Korea Utara (Korut) meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur pada beberapa waktu lalu. Langkah itu dilakukan setelah AS mengerahkan pesawat pengebom B-1B untuk latihan udara gabungan bersama Korea Selatan (Korsel).
Sebuah pesawat pengebom strategis B-1B milik Amerika Serikat (AS) berpartisipasi dalam latihan udara gabungan yang tengah berlangsung dengan Korea Selatan (Korsel). Keterlibatan pesawat pengebom AS itu diumumkan setelah Korea Utara (Korut) gagal meluncurkan Cholllima-1, satelit militer yang akhirnya jatuh ke laut.