Jakarta, IDM – Otoritas pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Rusia kemungkinan akan meningkatan produksi artileri menjadi lebih dari 2 juta munisi per tahun. Perkiraan itu muncul di tengah isu bahwa Rusia kini juga mencari pasokan senjata dari Korea Utara (Korut).
Dilansir dari Reuters, Sabtu (9/9), Otoritas AS yang tidak disebutkan namanya itu menilai, kemungkinan produksi artileri itu lebih besar dua kali lipat dari perkiraan AS sebelumnya, tetapi masih belum cukup untuk membuat Rusia unggul di medan tempur.
Lebih lanjut, otoritas itu juga memperkirakan Rusia telah menembakkan antara 10 hingga 11 juta peluru ketika melawan Ukraina di tahun lalu. Berarti, angkanya saat ini sudah jauh lebih banyak karena invasi terus berlangsung.
Baca Juga: AS Berencana Kirim Amunisi ‘Depleted Uranium’ ke Ukraina
“Itulah kesulitan yang mereka hadapi. Jika Anda mengeluarkan 10 juta peluru tahun lalu dan Anda berada di tengah pertarungan, namun Anda hanya dapat menghasilkan 1 hingga 2 juta peluru setahun, menurut saya itu bukanlah posisi yang kuat,” jelasnya.
Selain itu, Rusia juga disebut memproduksi hampir 200 tank per tahun. Namun hal itu juga, diperkirakan masih jauh dari apa yang dibutuhkan setelah menderita kerugian besar di Ukraina.
“Ketika Anda kehilangan 2.000 tank, Anda punya waktu satu dekade untuk mencapai titik sebelum Anda memulainya,” ujarnya.
Baca Juga: Pejabat Intelijen Jerman Didakwa Bocorkan Rahasia Negara ke Rusia
Ia juga mengklaim, Rusia juga telah kehilangan 4.000 kendaraan tempur lapis baja dan lebih dari 100 pesawat. Sementara, sekitat 270.000 orang telah menjadi korban luka maupun tewas dalam konflik.
Sementara, pihak Rusia belum menanggapi klaim AS tersebut. Namun, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada bulan Mei lalu menegaskan, produksi dan pasokan senjata untuk pasukan Rusia akan sangat penting dalam meraih keberhasilan di “operasi militer khusus”. (bp)