Jakarta, IDM – Pengamat militer Tasha Imansyah mengungkapkan jika Laut Cina Selatan masih berpotensi eskalasi. Terlebih, belum lama ini sempat terjadi insiden tabrakan kapal antara penjaga pantai Filipina dan penjaga pantai Cina di perairan dekat karan Renโai Jiao Laut Cina Selatan pada Selasa (5/3).
Peperangan antarnegara yang bersengketa di Laut Cina Selatan mungkin saja akan terjadi mengingat tensi konflik yang tidak kunjung reda.
โIni adalah bukti bahwa memang Laut Cina Selatan masih akan menjadi hotspot, dan kedaulatan Indonesia di Natuna harus dijaga,โ ujar Tasha saat dihubungi IDM pada Selasa (13/3).
Baca Juga:ย Pengamat Militer Usul Pembentukan Organisasi Pelaksana Tugas Kemhan dan Mabes TNI
Menurutnya, Indonesia perlu menjaga kedaulatan dengan menyiapkan personel TNI yang dipersenjatai dan diberikan perlengkapan yang mumpuni. Hal ini tentu tanpa mengesampingkan upaya diplomasi sebagai jalan damai yang terus disuarakan Indonesia.
โDiperlukan peningkatan anggaran untuk dapat secara berkala bisa mencapai level tersebut. Hal ini bukan berarti Indonesia mengesampingkan diplomasi, tetapi agar diplomasi kita bisa berjalan, diperlukan angkatan bersenjata yang dapat mengawal diplomasi Indonesia,โ kata Tasha.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, pengamat militer Khairul Fahmi mengatakan, jika peperangan tersebut pada akhirnya pecah, maka TNI harus bersiap menjaga batas laut sebagai upaya menjaga kedaulatan wilayah maritim Indonesia.
Baca Juga:ย Tahap Ketiga Kontrak Rafale Aktif, Pengamat Militer: Belanja Alutsista Sudah Direncanakan dengan Matang
Pemerintah, lanjut Fahmi, perlu memperkuat pengamanan batas laut Indonesia yang berdekatan dengan kawasan Laut Cina Selatan dengan menambah alutsista, memperkuat personel hingga meningkatkan teknologi pengawasan teritorial.
โBukan tidak mungkin pada masa depan akan berkembang menjadi konflik terbuka dan meluas,โ lanjut Fahmi.
Laut Cina Selatan sendiri dinilai sebagai perairan dengan sumber daya alam dan hasil laut yang melimpah. Nilai dari komoditas perairan ini diperkirakan mencapai triliunan dolar. Tingginya nilai dari komoditas tersebut yang kerap memicu sengketa panas terhadap LCS oleh negara-negara kawasan.
Baca Juga:ย Pengamat Sebut 3 Nama yang Berpeluang Menjadi KSAU, Suksesor Marsekal TNI Fadjar Prasetyo
Laut Cina Selatan terdiri atas gugusan kepulauan yang sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil tak berpenghuni.
Setidaknya terdapat enam negara yang memperebutkan Laut China Selatan, yakni China, Filipina, Taiwan, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Vietnam. (nhn)