Jakarta, IDM – ada tahun 2025 mendatang, setidaknya terdapat 2 jabatan strategis yang akan berganti. Kedua posisi tersebut adalah Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) yang akan berakhir pada bulan April dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto pada Agustus 2025.
Untuk sosok pengganti KSAL, pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan jika penunjukan orang nomor satu di TNI AL tersebut adalah hak prerogatif presiden sebagai panglima tertinggi. Apalagi mengingat kondisi geopolitik kawasan dan global yang semakin kompleks, dibutuhkan peran penting TNI AL dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia.
“Dalam memilih KSAL baru, presiden tentu akan mempertimbangkan berbagai aspek termasuk rekam jejak, kompetensi, serta kemampuan kandidat untuk mewujudkan visi besar pemerintah di sektor pertahanan, terutama dalam mendukung agenda Astacita,” jelas Fahmi saat dihubungi di Jakarta, Jumat (27/12).
Baca Juga: TNI AL Bangun Hub Station untuk Pantau Aktivitas Operasi dan Latihan
“Visi ini meliputi penguatan postur pertahanan maritim, peningkatan interoperabilitas lintas matra dan pengembangan diplomasi pertahanan di kawasan,” sambungnya.
Selain dari faktor tersebut, Fahmi melanjutkan, kemampuan manajerial, pemahaman mendalam terkait tantangan maritim Indonesia serta keselarasan visi dengan pemerintah juga menjadi pertimbangan tambahan.
“Dengan waktu yang ada, spekulasi siapa yang akan menjadi KSAL sebaiknya tetap dilihat secara fleksibel. Masih terlalu dini untuk mengabaikan potensi munculnya kandidat baru yang memenuhi kriteria,” kata Fahmi.
Sampai saat ini, setidaknya terdapat 7 perwira bintang tiga, baik yang bertugas di lingkungan TNI AL maupun di luar matra tersebut.
Baca Juga: TNI AL Akan Kembangkan Kemampuan Komunikasi Satelit untuk Peperangan Elektronika
Di antara tujuh perwira bintang tiga aktif saat ini, Laksdya Erwin Aldedharma menjadi salah satu nama yang mencuat sebagai kandidat potensial. Ia adalah perwira bintang tiga termuda dengan sisa masa dinas yang cukup panjang, sehingga berpeluang menghadirkan kepemimpinan jangka panjang yang stabil.
Pengalaman Laksdya Erwin juga cukup beragam, termasuk pernah menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I). Posisi ini sebelumnya juga diemban oleh KSAL Yudo Margono dan Muhammad Ali, sehingga dianggap sebagai jalur karier yang relevan untuk menduduki posisi KSAL. Meskipun saat ini Pangkogabwilhan I tidak lagi dijabat oleh perwira TNI AL.
“Namun, mempertimbangkan seluruh aspek yang ada, keputusan akhir tetap berada di tangan presiden. Dengan kompleksitas tantangan yang dihadapi TNI AL dan dinamika internal TNI, pemilihan KSAL yang baru tidak hanya menjadi keputusan strategis, tetapi juga langkah penting dalam memastikan kesiapan pertahanan maritim Indonesia ke depan. Spekulasi yang terlalu dini hanya akan menciptakan ekspektasi yang mungkin tidak sesuai dengan realitas di lapangan,” jelas Fahmi. (nhn)