Korea Utara (Korut) mengakui bahwa pihaknya telah gagal meluncurkan satelit pengintai militer pada Rabu (31/5). Satelit itu disebut jatuh ke laut hanya beberapa saat setelah mengudara.
Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol menyerukan kerja sama internasional untuk menekan program pengembangan rudal nuklir Korea Utara (Korut). Kerja sama tersebut dapat berupa sanksi ekonomi yang diperbanyak agar menghambat pembiayaan Korut untuk mencapai ambisi nuklirnya.
Otoritas penjaga pantai Jepang mengatakan, Korea Utara (Korut) telah memperingatkan bahwa mereka akan meluncurkan satelit militer untuk pertama kalinya antara 31 Mei hingga 11 Juni 2023. Peluncuran tersebut dapat mempengaruhi keamanan di perairan Laut Jepang.
Organisasi 38 North, sebuah Think Tank Amerika Serikat (AS), merilis hasil penelitiannya yang mengungkapkan bahwa Pemerintahan Kim Jong Un telah berada di tahap akhir membangun stasiun peluncur satelit militer negaranya
Pemerintah Korea Selatan (Korsel) telah sepakat untuk mengakuisisi lebih banyak jet tempur siluman generasi kelima F-35A dan rudal kendali SM-6. Langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan pencegahan terhadap ancaman militer Korea Utara (Korut) yang semakin berkembang.
Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menyerukan untuk memperkuat postur militer dan memperluas latihan Angkatan Bersenjata. Tujuannya adalah untuk menghadapi berbagai kemungkinan ancaman yang semakin intensif di kawasan Semenanjung Korea.
Kim Jong Un telah memecat Pak Jong Chon, pejabat militer terkuat kedua setelahnya di Korut. Pak, jenderal bintang empat yang sebelumnya menjabat sebagai wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Buruh dan sekretaris Komite Pusat, digantikan oleh Ri Yong Gil pada pertemuan paripurna nasional di awal tahun 2023.
Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengungkapkan bahwa tujuan negaranya adalah memiliki kekuatan strategis paling kuat di dunia. Hal ini diungkapkan saat upacara perayaan keberhasilan uji coba rudal antarbenua (ICBM) Hwasong-17, Minggu (27/11).