Jakarta, IDM – Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menanggapi pernyataan Menkopolhukam yang juga calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD yang menyebut Sistem Pertahanan 5.0 yang tetap mengarah pada kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan digitalisasi.
Fahmi menyampaikan, jika konsep pertahanan 5.0 hanya soal kecerdasan buatan dan digitalisasi, justru sama saja dengan merendahkan konsep 5.0 itu sendiri. Padahal, lanjutnya, konsep 5.0 itu adalah pengembangan sekaligus koreksi dari konsep 4.0.
Baca Juga:ย Pengamat: Jabatan KSAD Harus Diisi Jangan Biarkan Kosong Berlarut-larut
โJadi yang disampaikan Pak Mahfud kesannya melangit padahal dangkal banget,โ kata Fahmi kepada redaksi Indonesia Defense, Rabu (4/1).
Konsep 5.0 itu, jelas Fahmi, adalah konsep yang berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi untuk menyelesaikan masalah yang terintegrasi pada dunia nyata dan ruang digital.
Baca Juga:ย Pengamat Respons Penambahan Anggaran Pertahanan: Untuk Penuhi Target Kekuatan Pokok Pertahanan
Konsep ini merupakan resolusi dari konsep 4.0 sebelumnya. Ciri-ciri dari konsep 5.0 adalah hadirnya kecerdasan (thinking better, serving better, performing better), keterhubungan (affective/emotional relationship), dan keterbukaan (24 hours frankly communication/kitchen in front).
โSistem Pertahanan 5.0 adalah konsep turunan, untuk bisa diwujudkan ada kondisi prasyaratnya, yaitu konsep 5.0 sudah dapat diwujudkan di ruang politik melalui sistem politik 5.0. Mengapa? Karena omong kosong sistem pertahanan 5.0 bisa terwujud dan diimplementasikan dengan baik jika proses politik negara, produk politik negara (hukum dan kebijakan) maupun tujuan politik negara belum berpusat pada manusia dan belum memiliki karakter cerdas, terhubung dan terbuka,โ jelasnya. (nhn)