Jakarta, IDM – Korea Utara (Korut) mengecam latihan militer yang dilakukan oleh Korea Selatan (Korsel) di perbatasan, usai menangguhkan perjanjian militer kedua Korea pada beberapa waktu lalu.
Dilansir oleh KCNA, laman media pemerintah Korut, Senin (8/7), kecaman itu disampaikan oleh Kim Yo Jong, pejabat penting sekaligus adik perempuan Presiden Korut Kim Jong Un. Ia menilai latihan itu sebuah provokasi yang tidak bisa dimaafkan.
“Saya menegaskan bahwa taktik perang terselubung yang dilakukan oleh musuh di dekat perbatasan DPRK hanyalah sebuah provokasi yang tidak dapat dimaafkan dan jelas-jelas memperburuk situasi,” katanya.
Baca Juga: Terima Pasokan Senjata Tambahan, Ukraina Siap Gandakan Pertahanan Udara
“Energi perang telah terlalu terkonsentrasi di Semenanjung Korea dan sekitarnya hingga mencapai ambang ledakan akibat berbagai latihan perang yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan kekuatan musuh lainnya serta pengerahan perangkat perang mereka yang tiada henti,” tambahnya.
Ia pun menyoroti latihan trilateral Freedom Edge yang dipimpin oleh AS, yang disebutnya sebagai ‘puncak histeria konfrontasi’ terhadap Korut sekaligus upaya hegemoni di kawasan.
“Freedom Edge, latihan militer gabungan multi-domain pertama antara AS, Jepang dan Korsel yang dilakukan beberapa waktu lalu di perairan dekat Korut, merupakan puncak histeria konfrontatif terhadap Korut. Jelas menunjukkan bahwa AS dan pasukan musuh lainnya bermanuver untuk hegemoni militer di kawasan,” ujarnya.
Baca Juga: NATO Perkuat Bantuan untuk Pasukan Ukraina Tanpa Terlibat Perang
Sementara, Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korsel menekankan bahwa latihan militer di perbatasan sebagai hal normal, dan dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Begitupun latihan gabungan dengan AS dilakukan sesuai kesepakatan kerja sama.
“Militer kami melakukan latihan tembak secara normal di wilayah yurisdiksi kami. Ke depannya, kami akan terus melaksanakannya sesuai dengan rencana kami,” kata juru bicara Kemhan Korsel Jeon Hak-kyou melansir Yonhap. (bp)