Jakarta, IDM โ Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksamana Madya (Purn) Amarullah Octavian, mengatakan TNI AL harus memiliki senjata berteknologi nirawak (unmanned system) yang mampu mendeteksi kapal selam nuklir.
Hal itu merujuk pada rencana Australia dalam membangun kapal selam nuklir dengan bantuan Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Pengembangan kapal selam nuklir itu merupakan proyek aliansi keamanan bersama Australia, Inggris, dan AS (AUKUS).
Baca Juga: Urgensi TNI AL Bangun Kemampuan Tempur untuk Hadapi Peperangan Berbasis Teknologi Otonom
Adapun Indonesia terus memantau perkembangan pekerjaan negara tetangganya di selatan itu.
“Ketika tetangga (ibaratnya) memelihara hewan yang membahayakan, kita pasti waspada dan ambil ancang-ancang. Minimal sekarang (TNI AL) punya (senjata berteknologi) unmanned system yang bisa mendeteksi kapal selam nuklir itu lewat,” ucap Amarullah dalam acara diskusi di Mabesal, Cilangkap, Jakarta, Rabu (25/9).
Menurutnya, senjata berteknologi unmanned system tidak selalu digunakan untuk serangan luar atau permukaan, tapi juga penting berfungsi sebagai sistem deteksi dini.
“Unmanned system tidak hanya untuk digerakan keluar, tapi juga untuk detector, baik di permukaan dan dasar laut. Ini yang harus dimanfaaatkan TNI AL. Unmanned system mampu mendeteksi, kita bisa melumpuhkan kapal selam (nuklir) itu,” jelas Amarullah.
Baca Juga: Gerak Cepat TNI dan Kemlu Soal Situasi di Lebanon dan Pemulangan WNI
Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali juga menekankan TNI AL harus “melek” dengan perkembangan senjata unmanned system agar mampu menghadapi metode peperangan modern, yakni penggunaan teknologi otonom (autonomous warfare).
“Metode peperangan ini mengacu pada penggunaan teknologi modern, seperti teknologi kapal atau pesawat tanpa awak (unmanned) dan Aritificial Inteligence (AI) yang dapat mempercepat reaksi terhadap ancaman,” jelas Ali. (at)