Selasa, 13 Mei 2025

Pengamat Militer Soal Rafale yang Dilumpuhkan Jet Tempur China di Konflik India-Pakistan

Jakarta, IDM โ€“ย Imbas dari pecahnya konflik antara Pakistan dan India salah satunya adalah berhasil dilumpuhkannya jet tempur Rafale buatan Prancis milik India oleh jet tempur J-10C buatan Cina milik Pakistan.

Pengamat militer, Khairul Fahmi menyebut perlu mencermatinya secara objektif dan tidak terburu-buru menyimpulkan apakah Rafale inferior atau tidak layak. Ini, katanya, bukan sekadar soal pesawat mana yang lebih unggul, tetapi persoalan yang jauh lebih kompleks.

โ€œAda sejumlah hal yang perlu digarisbawahi sebelum menarik kesimpulan, apalagi dalam konteks Indonesia yang telah memesan 42 unit Rafale dari Prancis,โ€ ujarnya kepada redaksi, Selasa (13/5).

Baca Juga: Pengamat Militer Sebut Wacana Jabatan Wakil Panglima TNI Bukan Sekadar Penataan Struktur

Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) ini mengatakan, kemenangan atau kekalahan dalam pertempuran udara tidak serta-merta menunjukkan keunggulan atau kelemahan absolut sebuah platform.

โ€œBanyak faktor yang menentukan hasil konfrontasi udara: kemampuan pilot, sistem sensor dan radar pendukung, integrasi sistem tempur, kecanggihan avionik, kemampuan rudal udara ke udara, hingga situasi taktis saat kejadian termasuk elemen kejutan atau taktik operasional,โ€ terang Fahmi.

Dalam insiden ini, misalnya, bisa saja Pakistan memiliki keunggulan situasional karena bertahan di wilayah udaranya sendiri, atau karena memiliki dukungan intelijen dan radar yang lebih baik dalam momen tersebut.

Kedua, lanjut Fahmi, J-10C dan Rafale memiliki keunggulan yang berbeda. J-10C dikenal sebagai pesawat generasi 4.5 yang mengandalkan radar AESA, rudal PL-10 dengan pencitraan pencari inframerah (IRST), dan rudal udara-ke-udara (AAM) PL-15.

Sementara Rafale unggul dalam kemampuan multirole, manuverabilitas tinggi, avionik canggih, dan integrasi sistem peperangan elektronik.

Baca Juga: Isu Pangkalan Rusia: Pemilu Australia dan Distorsi yang Menyinggung Indonesia

โ€œJadi, ketika Rafale tertembak jatuh, itu tidak otomatis berarti pesawat tersebut “kalah kelas”, melainkan bisa jadi karena keunggulan taktis atau momen spesifik yang dieksploitasi lawan,โ€ sambungnya.

Ketiga, setiap insiden semacam ini juga sering menjadi ajang glorifikasi atau pembuktian bagi produsen dan pemasar alutsista. Dalam industri pertahanan global yang sangat kompetitif, keberhasilan di medan tempur kerap dimanfaatkan sebagai bukti superioritas produk. Jadi, baik produsen J-10C maupun Rafale pasti akan memanfaatkan narasi yang menguntungkan untuk kepentingan pemasaran global mereka.

โ€œKeempat, kita harus ingat bahwa setiap pembelian alutsista bukan hanya soal performa teknis saja. Keputusan strategis seperti ini mempertimbangkan banyak hal: transfer teknologi, jaminan logistik, interoperabilitas, kepentingan diplomatik, dan kebutuhan penguatan struktur kekuatan udara jangka panjang,โ€ terang Fahmi.

Menurut Fahmi, Rafale dipilih karena kemampuannya yang sudah teruji di berbagai konflik, tawaran paket kerja sama industri dan relasi strategis berkelanjutan yang cukup menarik bagi Indonesia.

Baca juga: Diplomasi dan Kedaulatan di Laut China Selatan

โ€œKita tidak bisa mengevaluasi pembelian hanya karena satu insiden tempur,โ€ katanya.

Jadi, sambung Fahmi, insiden ini justru menjadi pelajaran penting untuk dicermati, tapi tidak perlu dijadikan dasar untuk meragukan akuisisi Rafale oleh Indonesia. Yang jauh lebih penting justru bagaimana Indonesia mempersiapkan seluruh ekosistem operasional dan pendukungnya.

โ€œMisalnya fasilitas pemeliharaan, pelatihan pilot, integrasi sistem C4ISR, penguatan pertahanan udara, serta simulasi-simulasi taktik tempur,โ€ kata Fahmi. (nhn)

Berita Terkait

Berita Terbaru

INFRAME

Wakil Menteri Pertahanan Terima Kunjungan Kepala Staf Gabungan Pasukan Bela Diri Jepang

Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan menerima kunjungan kehormatan Kepala Staf Gabungan Pasukan Bela Diri Jepang Jenderal Yoshida Yoshihide di Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, Jakarta, (25/4).

Edisi Terbaru

Subscribe hubungi bagian Sirkulasi
WhatsApp 0811 8868 831
isi form subscribe

Baca juga

Populer