Senin, 10 Maret 2025

Letjen (Purn) Kemal Idris Sosok yang Pernah Hadapkan Meriam ke Istana Negara

Jakarta, IDM โ€“ย Letjen (Purn.) Kemal Idris, lahir pada 10 Februari 1923 di Singaraja, Bali. anak dari Siti Maimunah dan Muhammad Idris ini selalu dipesankan oleh kedua orang tua yang berdarah Minang tulen tersebut untuk bersikap jujur dan pantang berputus asa. Kemal memulai karier militernya dengan menjadi Seinendan pada Zaman Jepang.

Pada 21 Juli 1947, aksi militer Belanda pecah untuk kali pertama pasca kemerdekaan. Kemal saat itu bertugas di Jawa Barat dalam jajaran divisi Siliwangi. Di dalam buku Bertarung Dalam Revolusi, usai persetujuan Renville antara RI dengan Belanda pada awal 1948, tentara yang ada di Jawa Barat harus meninggalkan daerah-daerah kantong yang tadinya didudukinya dan pindah ke daerah di Jawa Tengah. Ini yang dinamakan saat itu โ€œTentara Hijrahโ€. Kemal sebagai komandan batalyon Kala Hitam turut pindah dan pada bulan Juni 1948 diperbantukan di Garnisun Yogyakarta pimpinan Kol. Latif Hendraningrat.

Pada tanggal 18 September 1948, orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI) memberontak terhadap pemerintah pusat dan memproklamasikan pemerintahnya sendiri di Madiun atau yang dikenal Peristiwa Madiun. Kemala bersama batalyon Kala Hitam ditugaskan memadamkan pemberontakan PKI.

Baca Juga:ย Kisah Satuan Pemberontakan 88 yang Hancurkan Kereta Belanda di Purwakarta

Dilansir dari Tirto, tahun 1966 Kemal menjadi Kepala Staf Kostrad dan berperan sebagai pencipta momentum dalam peristiwa โ€˜pasukan tak dikenalโ€™ yang mengepung Istana pada 11 Maret 1966. Berita kehadiran โ€˜pasukan tak dikenalโ€™ telah membuat panik Presiden Soekarno dan sejumlah menterinya dan menjadi awal dari โ€˜dramaโ€™ politik lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966.

Dalam Peristiwa 17 Oktober 1952, saat kelompok perwira Angkatan Darat berbeda pendapat dan berkonfrontasi dengan Presiden Soekarno, sebagai perwira muda yang kala itu berusia 29 tahun, Kemal Idris ada di belakang meriam yang moncongnya dihadapkan ke arah istana. Kemal kemudian dicap sebagai perwira yang menentang Presiden Soekarno dan stigma ini melekat pada dirinya bertahun-tahun lamanya.

Sepanjang karier militernya, posisinya paling penting adalah saat ia dipercaya menjabat Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) pada 1967. Di situlah ia berperan besar dalam mendukung gerakan mahasiswa yang menentang Orde Lama. Kemal juga sering diminta untuk berbicara di depan pertemuan mahasiswa.

Baca Juga: Lukas Kustaryo dan Pembantaian Belanda di Rawagede

Karier terakhir Kemal di militer adalah sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan (Pangkowilhan) dengan pangkat letnan jenderal. Sebelumnya, dia menjabat panglima Komando Antardaerah untuk Kawasan Indonesia Timur. Jabatan ini membuat Kemal menjadi cukup populer di kalangan masyarakat di sana. Pada September 1972, dia ditunjuk menjadi duta besar di Yugoslavia merangkap Yunani. Kemal adalah Dubes pertama di negara tersebut pada era Orde Baru.

Kemal kemudian mendirikan PT Sarana Organtama Resik (SOR), yang mempekerjakan 700 karyawan dalam bidang kebersihan kota. Karena itu, ia juga diberi gelar Jenderal Sampah.

Kemal meninggal pada 28 Juli 2010 akibat komplikasi penyakit dan infeksi paru-paru. Ia dimakamkan secara militer di Taman Makam Majelis Taklim Raudatus Salihin, Citapen, Bogor, Jawa Barat. (nhn)

Berita Terkait

Berita Terbaru

INFRAME

Panen Padi untuk Program Ketahanan Pangan Nasional di Lanud Halim Perdanakusuma

Petani beraktivitas saat panen padi di Taman Wisata Edukasi Pertanian Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, (28/2).

Edisi Terbaru

Subscribe hubungi bagian Sirkulasi
WhatsApp 0811 8868 831
isi form subscribe

Baca juga

Populer