Jakarta, IDM – Beberapa waktu lalu Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Farid Makruf memberikan penghargaan kepada para Bintara Pembina Desa (Babinsa) di Jawa Timur yang berprestasi dan berdedikasi kepada masyarakat.
Satu orang yang menerima penghargaan tersebut adalah Sersan Dua (Serda) Ribut Juprianto yang berhasil menyabet juara 1 Babinsa Award 2023 kategori Kesehatan.
Sebenarnya apakah yang dilakukan Ribut sehingga diberikan penghargaan ini? Usut punya usut ternyata anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang sekarang menjadi Babinsa ini membuat program merawat 55 ODGJ di desa Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur dengan uangnya sendiri.
Baca Juga: Kopassus Akan Gelar Latma Tiger Bersama Royal Thai Army Special Forces
Dilansir dari Beritajatim, Jumat, (28/7) ribut mengatakan jika ia telah mengabdi selama 24 tahun di Kopassus. Ia kemudian meminta kesatuannya untuk pindah ke Koramil 0807/02 Boyolangu, Tulungagung karena ingin dekat dengan keluarganya.
Dalam tahun pertamanya menjadi Babinsa, ia melihat kondisi desa Sobontoro banyak warga miskin. Selain itu, puluhan warganya menderita gangguan jiwa. Warga yang menderita gangguan jiwa itu kerap marah dan mencelakakan warga desa lainnya.
“Saat mengetahui banyaknya orang dengan gangguannya jiwa (ODGJ) saya merasa terpanggil untuk membantunya,” ujar Ribut.
Ilmu yang didapat dari Kopassus ternyata berguna ketika ia menjalankan tugasnya sebagai Babinsa. Suatu ketika, ada salah satu warga ODGJ yang marah sambil membawa parang. Ia pun langsung mengamankan ODGJ yang sudah mengamuk itu dengan bekal latihan di Kopassus. Semenjak itu, ia sering dilapori ketika ada ODGJ yang mengamuk.
Baca Juga: Daftar Alutsista TNI AL Dikerahkan di Latgab TNI 2023, Ada Kapal Perusak Kawal Rudal
“Sekarang tinggal 31 orang ODGJ. Kemarin baru saja menikah 2 orang mas,” kata Ribut.
Ribut bercerita bahwa mayoritas ODGJ di tempatnya karena korban PHK. Banyak yang stress karena tidak bisa bekerja dan menghasilkan. Selain itu, patah hati ditinggal kekasih juga menjadi faktor banyaknya ODGJ yang dirawat oleh Ribut.
Dalam menghadapi ODGJ, menurut Ribut diperlukan ketelatenan. Ia sering merogoh kocek pribadinya untuk memenuhi keinginan para ODGJ agar tidak mengamuk. Ia juga sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk mengobrol dengan orang ODGJ walaupun pembicaraannya tidak nyambung.
Baca Juga: Kronologi Penangkapan UH, Anggota Marinir Gadungan di Banten
“Untuk sekarang pengobatan dan vaksin sudah dibantu sama desa dan dinas sosial,” tutur Ribut.
Kedepannya, Ribut berharap ada tempat yang bisa digunakan untuk merawat para ODGJnya. Karena, selama 3 tahun ini ia merawat secara berkeliling ke rumah-rumah pasien dengan sepeda motor dinasnya. Ia juga berpesan jika ODGJ juga manusia yang punya perasaan.
“Mereka bisa tahu kok orang yang baik dan peduli terhadap mereka jadi jangan ragu-ragu. Mereka hanya butuh perhatian,” pungkas Ribut. (rr)