Jakarta, IDM – Bandara Halim Perdanakusuma di adalah lapangan terbang pertama di Kota Jakarta yang dahulu bernama Batavia, dibangun sekitar 1924 silam. Namun, saat itu masih bernama Pangkalan Udara Tjililitan (Cililitan).
Dikutip dari laman resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Sabtu (25/6), pada 1 November 1928, Pangkalan Udara Cililitan pertama kali digunakan maskapai milik Belanda di Indonesia, yakni Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij dengan rute penerbangan dari Batavia ke Bandung dan Batavia ke Semarang hingga Surabaya.
Setahun kemudian, nama Pangkalan Udara Cililitan mulai dikenal dunia pascapesawat milik Belanda, KLM, membuat rekor penerbangan lintas benua dengan Fokker F.VII yang menempuh perjalanan udara dari Belanda menuju Batavia. Totalnya 14.500 km dan ditempuh dalam waktu 10 hari. Kala itu, pesawat hanya berisikan empat orang penumpang.
Pada 20 Juni 1950, seperti dikutip dari buku Hari-hari Penting dalam Sejarah TNI AU, Belanda sepenuhnya menyerahkan pangkalan udara ini kepada pemerintah Indonesia, kemudian dipegang oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan dijadikan pangkalan udara militer Komando Operasi Angkatan Udara I.
Sejumlah fasilitas yang diserahkan kepada Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang saat itu dijabat Soerjadi Soerjadarma, meliputi bangunan, hanggar, kantor, gudang perumahan dan rumah sakit, termasuk dua skadron udara 20e Squadron dan 18e Squadron pelempar bom. Tiga bangunan hanggar bekas Militaire Luchtvaart tersebut menjadi hanggar Skadron Udara 17, 31, dan hanggar Skatek 021.
Dikutip dari laman resmi Angkasa Pura II, pada 17 Agustus 1952 Pangkalan Udara Cililitan resmi berubah nama menjadi Bandara Halim Perdanakusuma, untuk mengenang seorang penerbang Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugas. Bandara ini beroperasi sementara menjadi bandara komersial mulai 10 Januari 2014 untuk mengalihkan penerbangan dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. (at)