Jakarta, IDM – Atang Sendjaja, tokoh yang namanya diabadikan menjadi nama pangkalan udara (lanud) di Bogor, Jawa Barat, ternyata menyimpan kisah sedih menjelang akhir hidupnya. Ia meninggal saat menjalankan tugas sebagai seorang prajurit.
Melansir lanud-atangsendjaja.tni-au.mil.id pada Rabu (25/12), Atang adalah prajurit kelahiran Bandung, 17 Maret 1928. Karier cemerlangnya dalam kemiliteran dimulai sejak masuk Sekolah Perwira Perbekalan (logistik) dan Sekolah Ilmu Siasat (SIS) pada tahun 1955.
Baca Juga: Bunker Jepang di Tengah Kota Yogyakarta
Setelah lulus dengan pangkat Letnan Muda Udara Satu, Atang bertugas untuk Direktorat Pembekalan Personel (Ditkalpers) di Markas Besar Angkatan Udara di Jakarta. Beberapa waktu kemudian, ia naik pangkat menjadi Letnan Udara Dua.
Kemudian pada 12 Januari 1961, Atang Sendjaja ditunjuk untuk mengikuti kursus Aadvanced Operations & Maintenance Course_ di Moskow, Uni Soviet (sekarang Rusia), sekaligus dilibatkan dalam misi pembelian alutsista.
Sepulangnya ke tanah air, sosok ayah lima anak itu ditugaskan lagi ke Departemen MBAU sebagai Komandan Departemen Materiil 091 Tanjung Priuk dengan pangkat Kapten Udara, sekaligus ikut merintis satu skadron helikopter.
Baca Juga: Komar-Class, Generasi Pertama Kapal Cepat Rudal TNI AL
Tragedi muncul pada 28 Juli 1965, sehari sebelum peringatan Hari Bhakti TNI AU ke-18. Keluarga dan jajaran matara udara mendapati kabar duka meninggalnya Atang Sendjaja. Ia gugur saat menjalankan tugas mengawal transportasi sejumlah helikopter angkut asal Rusia, Mi-6 dari Tanjung Priuk ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Saat itu, buntut heli yang dinaiki Atang Sendjaja terkena kabel listrik sebelum masuk Lanud Halim Perdanakusuma. Tak lama setelah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Atang Sendjaja dinaikkan pangkatnya secara anumerta menjadi Letkol Udara Anumerta. Selain itu, namanya juga kekal menjadi nama pangakalan udara di Bogor hingga hari ini. (un)