Jakarta, IDM – Ukraina tengah menyelidiki puing-puing rudal balistik tipe baru ‘Oreshnik’ yang diluncurkan Rusia ke Kota Dnipro, Ukraina pada beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pihaknya telah meluncurkan Oreshnik ke fasilitas militer di Kota Dnipro sebagai tanggapan atas serangan Ukraina menggunakan ATACMS buatan Amerika Serikat (AS) dan Storm Shadow buatan Inggris.
Putin menyebut rudal balistik hipersonik itu meluncur 10 Mach atau 10 kali kecepatan cahaya, dan tidak ada satupun sistem pertahanan udara yang mampu mencegatnya.
Baca Juga: Korsel: Korut Kemungkinan Besar akan Kembali Luncurkan Satelit Pengintai Militer di Akhir Tahun
Dilansir dari Reuters, Senin (25/11), otoritas Ukraina menyelidiki puing-puing itu untuk mendapatkan wawasan tentang rantai pasokan militer Rusia, produksi, dan cara melakukan balasan.
“Ini adalah pertama kalinya sisa-sisa rudal semacam itu ditemukan di wilayah Ukraina,” kata Oleh, seorang penyidik untuk Dinas Keamanan Ukraina.
“Untuk mengatakan sesuatu yang lebih konkret memerlukan waktu dan studi yang cermat terhadap sisa-sisa rudal,” kata Ivan, salah satu pakar.
Baca Juga: UE Siap Alokasikan $209 Juta untuk Militer Lebanon
Dikatakan bahwa rudal balistik jarak menengah itu mencapai kecepatan tertinggi lebih dari 13.000 kpj (8.000 mph) saat meluncur menuju Kota Dnipro, dan mengakibatkan kerusakan sipil. Namun, para pakar tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Sementara, Juru Bicara Kementrian Pertahanan (Kemhan) AS Sabrina Singh melaporkan bahwa rudal Oreshnik itu dibuat berdasarkan model rudal balistik antarbenua RS-26 Rubezh Rusia. Ia mengatakan, Rusia telah memberitahukan terlebih dahulu ke AS terkait rencana peluncuran rudal tersebut.
“Saya dapat mengonfirmasi bahwa Rusia meluncurkan rudal balistik jarak menengah eksperimental. IRBM ini didasarkan pada model rudal balistik antarbenua RS-26 Rubezh milik Rusia. Mengenai pemberitahuan kepada AS, AS telah diberitahu sebelumnya, secara singkat, sebelum peluncuran, melalui saluran pengurangan risiko nuklir,” imbuh Singh beberapa saat setelah Rusia meluncurkan rudal Oreshnik, melansir Defense.gov. (bp)