Menteri Pertahanan Amerika Serikat (Menhan AS) Lloyd J. Austin III mengungkapkan bahwa lebih dari 700.000 tentara Angkatan Bersenjata Rusia telah menjadi korban sejak memulai invasi ke Ukraina pada tahun 2022.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah meluncurkan lebih dari 51.000 bom berpemandu (guided aerial bombs) terhadap Ukraina sejak dimulainya konflik pada hampir tiga tahun lalu. Bahkan, sekitar 40.000 diantaranya diluncurkan pada tahun lalu.
Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa pasukan Korea Utara (Korut) kini "lebih mampu berperang melawan negara-negara tetangganya" karena pengalaman yang diraih usai bertempur bersama Rusia melawan Ukraina.
Ukraina berencana memproduksi sekitar 30.000 drone jarak jauh dan 3.000 rudal pada tahun 2025. Hal itu merupakan salah satu prioritas Ukraina tahun ini, yang menggelontorkan UAH 2,2 triliun untuk militer.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengatakan bahwa pihaknya berhasil menembak jatuh delapan rudal balistik ATACMS buatan Amerika Serikat (AS) dan 72 drone yang diluncurkan Ukraina di medan tempur.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku optimis bahwa agresi Rusia dapat dihentikan dengan komitmen dukungan dari sekutu khususnya Amerika Serikat (AS).
Rusia dan Ukraina kembali melakukan pertukaran tawanan perang dengan total lebih dari 300 orang, usai negosiasi yang dimediasi oleh Uni Emirat Arab (UEA).
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengklaim bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil menghancurkan 103 drone yang diluncurkan Ukraina dalam sehari.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan bantuan militer dan anggaran tambahan senilai $2,5 miliar untuk Ukraina, di akhir masa jabatannya sebelum diambil alih Presiden terpilih Donald Trump.
Badan intelijen Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa Ukraina telah menangkap seorang tentara Korea Utara (Korut) yang berperang bersama Rusia di medan tempur.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengklaim telah menyerang target militer di Ukraina dengan senjata jarak jauh berpresisi tinggi. Hal itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan di wilayah Rostov, Rusia, menggunakan rudal yang dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (National Intelligence Service/NIS) mengungkapkan bahwa sekitar 100 tentara Korea Utara tewas dalam pertempuran bersama Rusia melawan Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan kembali bahwa pihaknya bersedia untuk berunding dengan Ukraina. Menurutnya, Rusia telah secara konsisten berupaya menjalin perundingan diplomatik atas konflik tersebut.
Rusia mengatakan bahwa Ukraina telah berulang kali menjatuhkan amunisi fosfor putih terlarang dari drone pada bulan September, tuduhan yang dibantah oleh Ukraina.