Jakarta, IDM โ Korps Marinir memiliki pesawat nirawak (drone) baru untuk mendukung operasi prajurit di lapangan, yakni jenis First Person View (FPV) Bomber Ababil.
Senjata taktis ini diberikan oleh TNI AL melalui Asisten Komunikasi dan Elektronika Kepala Staf Angkatan Laut (Askomlek KSAL) Laksamana Muda Tri Harsono kepada Wakil Komandan Korps Marinir (Wadan Kormar) Brigadir Jenderal (Mar) Muhammad Nadir, di Cilangkap, Jakarta, Jumat (28/2).
Tri Harsono mengatakan, Korps Marinir harus memiliki senjata taktis yang mampu berintegrasi dengan teknologo terbaru untuk mendukung keberhasilan misi.
Baca Juga: Tiga Kapal Perang Fregat Koarmada II Berganti Komandan, Ini Para Penggantinya
“Kami berharap penerimaan drone ini dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan tugas serta menjadi langkah awal bagi pengembangan teknologi pertahanan yang lebih maju,” kata Tri Harsono, dikutip dari keterangan Dispen Kormar, Senin (3/2).
Pada kesempatan yang sama, Nadir menjelaskan penerimaan drone ini merupakan bagian dari upaya modernisasi alutsista dan penguatan kemampuan teknologi TNI AL, khususnya bidang komunikasi dan sistem kendali.
Dia menilai, drone FPV akan meningkatkan kemampuan taktis dan operasional Korps Marinir. Teknologi pada drone tersebut berfungsi untuk mendukung berbagai operasi, baik dalam pertempuran maupun misi pemantauan dan pengintaian.
“Drone FPV Bomber Ababil ini memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mendukung operasi militer dengan fitur kontrol jarak jauh dan kemampuan pemantauan melalui kamera canggih,” jelas Nadir.
Baca Juga: TNI AL dan Angkatan Laut Amerika Susun Materi Latma Carat 2025
Pada 2024 lalu, Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayor Jenderal (Mar) Endi Supardi sempat mengungkapkan kebutuhan pengoperasian kendaraan nirawak untuk prajurit baret ungu yang bertugas di Papua.
“Di sana hutan tertutup. Kemudian cuacanya selalu berubah-ubah,” ungkap Endi, di Jakarta, Senin (8/7) lalu.
Hal itu dikarenakan kesulitan para prajuritnya saat beroperasi di Papua dalam menghadapi kontur medan pegunungan yang terjalnya minta ampun.
Baca Juga: Sambut HUT ke-79 TNI AU, Koharmatau Gelar Kejuaraan Memanah
“Kami untuk tempuh dua kilometer saja tiga hari. (Kendala) yang berikutnya di sana itu kan daerahnya baru, sehingga harus betul-betul (persiapan) sebelum berangkat ini,” tuturnya.
Melalui penggunaan drone, lanjut Endi, tugas operasi para prajurit Marinir di Papua akan lebih maksimal dengan didukung peralatan teknologi yang optimal.
“Drone sebagai mata dan telinga, karena mereka sudah tahu jalannya ke mana, habis nembak larinya ke mana. Kalau ada drone kan bisa ketahuan di sana, tanpa itu (drone) kami kesulitan. Tantangannya agak berat di Papua. Cukup menantang,” imbuhnya. (at)