Jakarta, IDM – Indonesia telah berperan aktif dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB sejak tahun 1957 dengan mengirim ribuan personel TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda (Konga), military staff dan military observer.
Seiring dengan partisipasi aktif tersebut, Indonesia kemudian menambah Satuan Tugas (Satgas) yang disebut dengan Batalyon Gerak Cepat (BGC). Satgas ini pertama kali diterjunkan dalam misi PBB di Kongo pada tahun 2018.
Baca Juga:ย MNEK 2023: 15 Kapal Perang Asing Sandar di Makassar
Secara teknis, penugasan Satgas BGC berbeda dengan Konga maupun military staff dan military observer, Satgas BGC merupakan batalyon yang sewaktu-waktu dapat dikerahkan oleh PBB atas perintah Force Commander.
Melansir laman PMPP TNI, Senin (5/6) dijelaskan, Satgas BGC TNI memiliki kekhususan tersendiri yang membedakannya dengan Kontingen Garuda (Konga). Satgas ini diketahui memiliki Joint Terminal Attack Controller (JTAC) yang bertugas untuk mengoordinasikan bantuan tembakan udara (air support). Selain itu, Satgas BGC juga memiliki satu peleton khusus perempuan yang dikenal dengan Female Engagament Team (FET).
Baca Juga:ย Unjuk Produk Indhan Nasional, Prabowo Berikan Senapan Serbu Buatan PT Pindad untuk Menhan Qatar
โSatgas BGC TNI juga memiliki kemampuan untuk dikerahkan secara bersamaan ke 5 daerah/titik yang berbeda. Sesuai dengan konsep operasi yang digunakan yaitu “Robush Peacekeeping” di mana Satgas dapat menggunakan kekuatan senjata secara aktif dalam rangka melaksanakan mandat dari PBB seperti Protection of Civilian,โ tulis PMPP TNI. (yas)