Jakarta, IDM โ Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov menegaskan bahwa pihaknya menolak pasukan penjaga perdamaian dari negara anggota NATO untuk dikerahkan di Ukraina.
Dilansir dari BBC, Rabu (19/2), hal itu ia ungkapkan usai pertemuan dengan Menlu Amerika Serikat (AS) Marco Rubio di Arab Saudi, yang sepakat untuk memulai pembicaraan mengenai langkah akhiri perang di Ukraina.
“Setiap kehadiran pasukan bersenjata di bawah bendera lain tidak mengubah apa pun. Tentu saja itu sama sekali tidak dapat diterima,” kata Lavrov.
Baca Juga: Dikecam AS dan Israel, Iran Berkomitmen Perkuat Program Nuklir
Pertemuan langsung di Riyadh ini adalah pertama kalinya dilakukan delegasi Rusia dan AS sejak konflik pecah dengan Ukraina pada Februari 2022. Namun, Ukraina tidak dilibatkan dalam pembicaraan tersebut.
Lavrov mengungkapkan, AS dan Rusia akan menunjuk duta besar untuk negara masing-masing sesegera mungkin dan menciptakan kondisi untuk memulihkan kerja sama sepenuhnya. “Itu adalah pembicaraan yang sangat bermanfaat. Kami saling mendengarkan,” katanya.
Ia menegaskan kembali posisi Rusia bahwa setiap perluasan aliansi pertahanan NATO maupun keanggotaan Ukraina, akan menjadi ancaman langsung bagi Rusia. Sementara, Rubio mengaku yakin Rusia bersedia untuk mulai mengakhiri konflik.
Baca Juga: Susul Inggris, Swedia akan Pertimbangkan Kirim Pasukan ke Ukraina Pascaperang
“Hari ini adalah langkah pertama dari perjalanan yang panjang dan sulit, tetapi penting. Harus ada konsesi yang dibuat oleh semua pihak. Kami tidak akan menentukan sebelumnya apa saja konsesi tersebut,” kata Rubio.
Terkait tidak dilibatkannya Ukraina dalam pertemuan itu, Rubio mengatakan bahwa tidak ada pihak yang dikesampingkan. Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali menegaskan, pihaknya harus dilibatkan dalam proses membuat keputusan.
“Kami ingin semuanya berjalan adil dan tidak ada yang memutuskan apa pun di belakang kami. Anda tidak dapat membuat keputusan tanpa Ukraina tentang cara mengakhiri perang di Ukraina,” ujar Zelensky usai pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara. (bp)