Jakarta, IDM – Hamas mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin perjanjian gencatan senjata dengan Israel berakhir. Hal ini diungkapkan menjelang pertukaran sandera yang seharusnya dilakukan besok.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Hamas setuju untuk membebaskan tiga sandera pada Sabtu (15/2). Namun pada Minggu lalu, Hamas menangguhkan rencana pertukaran sandera itu karena Israel melanggar kesepakatan.
Baca Juga:ย Tolak Rencana Trump, Mesir Siapkan Proposal Rekonstruksi Gaza
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menanggapi penangguhan itu dengan mengatakan bahwa semua sandera harus dibebaskan paling lambat pada Sabtu siang waktu setempat, atau ia akan “membiarkan kekacauan terjadi”.
Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut pihaknya akan melanjutkan “pertempuran sengit” jika Hamas tidak memenuhi batas waktu dan memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) untuk bersiap menghadapi kemungkinan konflik.
“Kami tidak tertarik dengan runtuhnya perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, dan kami sangat ingin agar perjanjian tersebut diimplementasikan dan memastikan bahwa pendudukan (Israel) mematuhinya sepenuhnya,” kata juru bicara Hamas Abdel-Latif Al-Qanoua, melansir Reuters, Jumat (14/2).
Baca Juga: Drone Jarak Pendek Jadi Senjata Paling Banyak Memakan Korban di Ukraina
“Bahasa ancaman dan intimidasi yang digunakan oleh Trump dan Netanyahu tidak mendukung implementasi perjanjian gencatan senjata,” kata Qanoua.
Sementara, delegasi Hamas juga dilaporkan telah bertemu dengan otoritas Mesir pada Rabu lalu untuk mencoba memecahkan kebuntuan tersebut. Qatar, selaku mediator pun dikabarkan sedang berusaha menemukan solusi untuk mencegah pertempuran kembali terjadi. (bp)