Jakarta, IDM โย Lebih dari 90 negara bentuk kerangka kerja komprehensif yang menguraikan pedoman dan prinsip penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di bidang militer.
Kerangka kerja itu dibentuk saat Konferensi Tingkat Tinggi REAIM (Responsible Artificial Intelligence in the Military Domain) di Seoul, Korea Selatan, yang digelar selama dua hari sejak kemarin.
Baca juga: Perkuat Hubungan Militer, Cina akan Gelar Latihan Gabungan dengan Rusia
Pertemuan ini merupakan yang kedua kalinya, menindaklanjuti pertemuan perdana di Amsterdam pada tahun lalu. Saat itu, sekitar 60 negara “mendukung ajakan bertindak” tanpa komitmen hukum.
Dilansir dari Reuters, Selasa (10/9), pertemuan kali ini lebih berorientasi pada penerapan AI yang bertanggung jawab dalam ranah militer, dampak AI terhadap perdamaian dan keamanan internasional hingga tata kelola AI berkelanjutan di masa depan.
“Kami tengah mengambil langkah konkret lebih lanjut. Tahun laluโฆ lebih banyak tentang menciptakan pemahaman bersama, sekarang kami lebih banyak bergerak ke arah tindakan,” kata Menteri Pertahanan Belanda Ruben Brekelmans.
Baca Juga: Israel Serang Tenda Pengungsi Gaza, Sedikitnya 40 Orang Tewas
Kerangka kerja itu juga menjabarkan jenis penilaian risiko yang harus dilakukan dan langkah-langkah mengatasinya. Ditegaskan pula perlunya mencegah teknologi AI digunakan untuk berkontribusi pada proliferasi senjata pemusnah massal oleh aktor negara dan non-negara termasuk kelompok teroris.
KTT ini diharapkan mampu menumbuhkan pemahaman yang seimbang tentang keuntungan dan risiko yang ditimbulkan oleh AI dalam aplikasi militer sekaligus memainkan peran penting dalam membentuk norma-norma internasional untuk penggunaan AI yang bertanggung jawab. (bp)