Jakarta, IDM – Pasukan Perancis mulai menarik diri dari pangkalan militer di Kota Ouallam, Niger. Hal itu dilakukan sesuai permintaan dari pemimpin junta usai kudeta militer pada bulan Juli lalu.
Dilansir dari Al Jazeera, Rabu (11/10), junta Niger meminta warganya untuk bekerja sama menjamin ketertiban ketika digelarnya konvoi 1.500 tentara Prancis secara berkala menuju Chad, negara tetangga Niger.
โPasukan yang berbasis di Ouallam telah meninggalkan markasnya hari ini. Langkah ini merupakan operasi pemberangkatan konvoi darat pertama ke arah Chad, dikawal oleh pasukan pertahanan dan keamanan kami,โ kata junta Niger.
Baca Juga:ย AS Kerahkan USS Gerald R. Ford, Kapal Induk Terbesar di Dunia untuk Bantu Israel
Lebih lanjut, pasukan Prancis juga keluar dari Niger melalui jalur udara. Junta Niger mengatakan menjamin langkah penarikan itu dengan aman, dan pasukan yang tersisa akan terus berangkat sesuai โjadwal yang disepakati oleh kedua belah pihakโ.
“Selain keberangkatan melalui darat, sebanyak tiga penerbangan khusus telah didaftarkan di bandara Niamey, dua untuk keberangkatan 97 elemen pasukan khusus dan satu untuk logistik,” jelasnya.
Penarikan pasukan Prancis dengan cepat diminta oleh para jenderal baru yang berkuasa di Niger setelah mereka mengambil alih kekuasaan pada tanggal 26 Juli, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron kemudian mengonfirmasi kepergian mereka pada akhir September.
Baca Juga:ย Korut: Satelit Pengintai Sangat Diperlukan untuk Hadapi Militerisasi Luar Angkasa AS
Pasukan Prancis berada di Niger sebagai bagian dari upaya melawan teroris yang terkait ISIS di beberapa wilayah seperti Burkina Faso, Kamerun, Chad, Gambia, Guinea Mauritania, Mali, Nigeria dan Senegal.
Sementara, pihak junta militer menyebut Prancis telah memberikan pengaruh berlebihan dan gagal menyelesaikan krisis keamanan yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi di wilayah Niger. (bp)