Jakarta, IDM – Mantan Presiden Rusia yang saat ini menjabat sebagai Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengungkapkan, jika Ukraina atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia, maka hal tersebut menjadi ancaman sistemik bagi negeri beruang putih.
Dilansir dari Reuters, Selasa (19/7), Pejabat Intelijen Ukraina Vadym Skibitsky mengatakan, Krimea dibenarkan untuk menjadi target serangan balik karena memiliki nilai strategis bagi Rusia. Negara “Beruang Putih” itu membangun markas besar armada Laut Hitam di Sevastopol. Terlebih, isu Krimea turut berperan dalam pecahnya peperangan Rusia-Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin sempat menyinggung keinginan Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO. Jika hal itu terjadi, menurut Putin, Kiev pasti merebut kembali Krimea dari Rusia dan ia menegaskan tidak akan melepaskan Krimea. Atas kondisi itulah, Putin menilai perang tak bakal terhindarkan.
Sebelum meletuskan serangan ke Ukraina pada Februari lalu, Putin mengaku kekuatan militer Rusia memang kalah dengan NATO, namun ia memperingatkan Rusia adalah salah satu kekuatan nuklir terbesar di dunia. Dalam pandangannya, jika Rusia dan NATO pada akhirnya nanti berperang, tidak akan ada pemenang dalam pertempuran tersebut. (at)