Jakarta, IDM โย Lebanon dan Hizbullah telah menyetujui rencana gencatan senjata dengan Israel yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS). Hal itu merupakan upaya paling signifikan untuk mengakhiri konflik.
Dilansir dari Reuters, Selasa (19/11), Ali Hassan Khalil, Ajudan dari Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, mengatakan bahwa pihaknya telah menyampaikan tanggapan tertulis kepada duta besar AS di Lebanon terkait hal tersebut. Utusan AS Amos Hochstein pun disebut sedang dalam perjalanan ke Beirut untuk melanjutkan pembicaraan.
“Lebanon menyampaikan komentarnya pada dokumen itu dalam suasana yang positif. Semua komentar yang kami sampaikan menegaskan kepatuhan yang tepat terhadap Resolusi (PBB) 1701 beserta semua ketentuannya,” kata Khalil.
Baca Juga: Presiden Ukraina Ingin Perang Berakhir Melalui Diplomasi Tahun Depan
Ia merujuk pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengakhiri konflik sebelumnya antara Hizbullah dan Israel pada tahun 2006. Ketentuannya mengharuskan Hizbullah tidak memiliki kehadiran pasukan bersenjata di wilayah antara perbatasan Lebanon-Israel dan Sungai Litani, yang mengalir sekitar 30 km (20 mil) di utara perbatasan.
Khalil menyampaikan, keberhasilan inisiatif itu bergantung pada Israel. Menurutnya, jika Israel tidak menginginkan solusi, maka “dapat menimbulkan 100 masalah”. Ia pun menyebut posisinya dan Hizbullah tidak akan berubah meskipun Israel terus melakukan serangan serangan ke Lebanon. (bp)