Jakarta, IDM – Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Sudan berpotensi menderita krisis kelaparan terbesar dalam sejarah akibat konflik bersenjata yang terjadi sejak tahun lalu.
Dilansir dari Un.org, laman resmi PBB, Kamis (21/3), perang antara tentara Sudan dan kelompok militan Rapid Support Forces (RSF) telah menyebabkan 18 juta orang atau lebih dari sepertiga populasi kesulitan mendapat makanan. Dimana hampir 90 persen dari masyarakat sipil itu tinggal di wilayah pusat konflik Darfur dan Kordofan.
Baca Juga:ย Inggris dan Australia Sepakati Pakta Pertahanan Baru
Bencana kelaparan terjadi karena perang menghambat produksi pertanian, merusak infrastruktur sipil, pelonjakan harga hingga mengganggu arus perdagangan. Sejak April lalu, puluhan ribu orang juga dilaporkan tewas seiring kurangnya perhatian maupun bantuan masyarakat internasional.
โMenjelang peringatan satu tahun konflik, kita tidak bisa lagi mendeskripsikan bagaimana keputusasaan yang dihadapi warga sipil di Sudan,โ kata Edem Wosornu perwakilan Badan Kemanusiaan PBB atau OCHA.
Sementara, sekitar 730.000 orang di Sudan menderita malnutrisi, dimana sebagian diantaranya yang mayoritas anak-anak tewas. Jumlah ini dikhawatirkan akan terus bertambah.
Baca Juga:ย Turki dan Irak akan Bentuk Pusat Operasi Militer Gabungan
Sulitnya menjamin keamanan untuk mendistribusikan makanan pun menjadi salah satu penyebab utama krisis kelaparan. Meskipun PBB telah menyerukan akses kemanusiaan penuh dan tanpa hambatan di Sudan, namun nyatanya belum ada kemajuan yang signifikan.
โJika kita ingin mencegah Sudan mengalami krisis kelaparan terbesar di dunia, upaya terkoordinasi dan diplomasi gabungan sangatlah mendesak. Kami membutuhkan semua pihak untuk memberikan akses tanpa batas melintasi perbatasan dan garis konflik,โ kata Carl Skau Wakil Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB atau WFP. (bp)